Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Prediksikan 40.000 Kasus Corona Baru Akan Terjadi di Jawa Akibat Mudik

Kompas.com - 15/05/2020, 17:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden RI Joko Widodo telah mengeluarkan larangan mudik Lebaran pada momen Idul Fitri tahun ini. Namun, ahli menilai kecenderungan masyarakat untuk mudik tetap tinggi.

Bahkan ahli memprediksikan estimasi kasus Covid-19 per hari di Pulau Jawa akan mengalami kenaikan signifikan mulai minggu kedua bulan Ramadhan, dan mencapai puncaknya saat Lebaran.

Prediksi ini dibuat oleh Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono bersama dengan timnya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI).

Baca juga: Tanggapan Ahli UI Soal Prediksi Corona di Indonesia Berakhir Juni

Pandu menyebutkan bahwa pemodelan yang mereka buat berdasarkan kecenderungan tindak mobilitas masyarakat melalui perilaku mudik dan tidak mudik.

Menurut Pandu, efek dari mobilitas atau pergerakan masyarakat di tengah pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 di wilayah lain pulau Jawa non-Jakarta.

"Kembalinya pekerja informal ke kampung halaman atau mudik terbukti secara empiris terjadi pertambahan jumlah kasus per hari di Pulau Jawa selain Jakarta," kata Pandu dalam diskusi daring bertajuk "Mobilitas Penduduk dan Covid-19: Implikasi Sosial, Ekonomi dan Politik" pada Senin (4/5/2020).

Hasil pemodelan

Pemodelan data estimasi kumulatif kasus akibat mobilitas penduduk ini dihimpun oleh Pandu dan timnya berdasarkan data utama terkait orang dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) yang melakukan mudik lebaran ke provinsi Jawa lainnya.

Berdasarkan survei potensi pemudik angkutan lebaran tahun 2019 oleh Kementerian Perhubungan, tercatat ada 14,9 juta orang atau sekitar 44,1 persen dari warga Jabodetabek yang mudik lebaran pada tahun 2019.

Selanjutnya, data dari survei oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek pada 2020 ini memprediksikan ada 56 persen warga Jabodetabek yang tidak mudik, 37 persen masih mempertimbangkan akan mudik, dan 7 persen yang telah mudik.

Baca juga: Seberapa Efektif Larangan Mudik untuk Cegah Corona Covid-19? Ini Kata Ahli

Lantas, pemodelan yang dibuat oleh Pandu dan timnya mengasumsikan ada sekitar 20 persen penduduk Jabodetabek yang mudik ke wilayah lainnya di Pulau Jawa selama rata-rata 7 hari.

Diprediksikan, kenaikan kasus secara signifikan untuk mereka yang perlu perawatan di rumah sakit mulai terjadi pada minggu ke-2 bulan Ramadhan.

"Kenaikan signifikan kasus yang perlu perawatan rumah sakit, mulai (terjadi) di minggu ke 2 bulan puasa dengan puncak saat Lebaran," ujar dia.

Estimasi kasus puncaknya (24/5/2020) akan mencapai 40.000 saat warga Jabodetabek melakukan mudik ke wilayah pulau Jawa lainnya (Jawa non-Jakarta). Meskipun dengan estimasi mudik hanya 20 persen.

Ilustrasi mudik gratisGALIH PRADIPTA Ilustrasi mudik gratis

Hal ini juga sama dengan estimasi puncak kasus yang diprediksi akan terjadi pada saat Lebaran, ketika masyarakat Jabodetabek tidak mudik. Tetapi, jumlah kasusnya lebih rendah lagi yaitu sekitar 30.000 kasus.

Sedangkan, estimasi kasus di Jabodetabek sendiri diprediksi mengalami penurunan apabila 20 persen warganya mudik. Jumlah kasus yang membutuhkan perawatan rumah sakit pun di bawah 10.000 kasus.

Akan tetapi, jumlah kasus di Jabodetabek memiliki indikasi untuk kembali meningkat pasca-Idul Fitri. Tepatnya setelah 20 persen warga yang mudik kembali ke Jabodetabek pada 31/5/2020. Dengan asumsi, ada tambahan warga yang kembali ke Jabodetabek menjadi 25 persen.

Baca juga: Masih Wabah Corona, Ini 2 Skenario Potensi ODP Setelah Mudik

Maka, mulai dari 1 Juni bahkan diprediksikan bisa mencapai 1.000 jumlah kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

"Pemodelan ini mengindikasikan adanya eskalasi penularan Covid-19 akibat mobilitas penduduk (melakukan) mudik," tutur Pandu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com