Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ungkap Cara Meningkatkan Kemampuan Anak di Bidang Matematika

Kompas.com - 26/05/2021, 19:03 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

Sumber

KOMPAS.com – Matematika kerap dianggap sebagai bidang keilmuwan yang sulit untuk dipelajari.

Tak sedikit pula siswa yang memandang matematika sebagai pelajaran sekolah yang menakutkan.

Alhasil, para orangtua melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan anaknya di bidang matematika.

Strategi yang paling umum adalah mendatangkan guru privat atau mendaftarkan anak untuk mengikuti les matematika.

Sementara itu, dua peneliti dari Department of Neuroscience, Karolinska Institute, Swedia, yakni Nicholas Judd dan Torkel Klingberg, mengungkap cara yang berbeda.

Baca juga: Matematika Ungkap Jumlah Maksimal Kumpulan Orang saat Pandemi Corona

Dalam sebuah laporan, Judd dan Klingberg mengatakan bahwa kemampuan matematika anak bisa ditingkatkan dengan melatih kognitif atau ingatannya secara visual.

Kemudian, cara ini dilanjutkan dengan melatih penalaran anak agar kemampuan matematika mereka semakin terasah.

Latihan ingatan secara visual, menurut Judd dan Klingberg, mampu mendukung gagasan latihan kognisi spasial dalam masalah matematik.

Adapun kognisi spasial adalah cara untuk memahami dan mengingat hubungan dimensi antar objek.

Dilansir dari National Geographic Indonesia, 23 Mei 2021, laporan yang ditulis di Nature Human Behaviour menunjukkan hasil dari pengujian pelatihan kognitif terhadap 17.000 siswa sekolah di Swedia.

Baca juga: Peneliti Kembangkan Model Matematika Baru untuk Lacak Epidemi Corona

Anak-anak yang ikut serta dalam penelitian tersebut berusia enam dan delapan tahun. Mereka melakukan pelatihan melalui aplikasi selama 20 hingga 33 menit per hari selama tujuh minggu.

Di minggu pertama, anak-anak mendapatkan latihan yang sama. Kemudian, mereka dikelompokkan secara acak untuk mendapatkan latihan yang berbeda.

Setiap kelompok menghabiskan sekitar setengah dari waktu pelatihan untuk tugas garis bilangan matematika.

Sisa waktunya digunakan secara acak untuk proporsi berbeda dari setiap kelompok latihan kognitif dalam bentuk tugas rotasi.

Tak hanya itu, ada pula latihan memori kera visual atau penalaran non-verbal. Anak-anak tersebut akan diuji pada minggu pertama, kelima, dan ketujuh.

Baca juga: Laba-laba Lady Gaga Matematika ini Warna Hijaunya Langka, Kenapa?

Selengkapnya, berikut adalah tugas pelatihan yang mungkin bisa dipraktikkan oleh anak-anak.

1. Tugas baris angka

Dalam tugas baris angka, mintalah anak untuk mengidentifikasi posisi angka secara tepat pada garis yang memuat titik awal dan titik akhir.

Tambahkan tingkat kesulitan dengan menghapus tanda spasial, misal tanda centang pada garis bilangan.

2. Tugas memori kerja visual

Dalam tugas memori kerja visual, mintalah anak-anak untuk mengingat kembali objek visual.

Nantinya, anak akan menyusun kembali urutan titik. Kesulitan bisa ditambahkan dengan menambah jumlah item.

Baca juga: Studi: Perempuan dan Laki-laki Sama Jagonya Kerjakan Matematika

3. Tugas penalaran non-verbal

Dalam tugas penalaran non-verbal, mintalah anak untuk menyelesaikan urutan pola spasial.

Arahkan anak-anak untuk memilih gambar yang tepat untuk mengisi ruang kosong berdasarkan urutan sebelumnya.

4. Tugas rotasi I

Dalam tugas rotasi, mintalah anak untuk mencari tahu seperti apa bentuk suatu benda jika diputar.

Anak-anak diminta untuk memutar sebuah objek 2D agar sesuai dengan berbagai sudut. Tambahkan tingkat kesulitan dengan menambah jumlah sudut rotasi.

5. Tugas rotasi II

Dalam tugas rotasi yang berikutnya, mintalah anak untuk memutar sebuah objek 3D agar membentuk bangunan berdasarkan kerangka.

Tingkat kesulitan bisa ditambah dengan menambah jumlah sudut rotasi atau kompleksitas objek yang diputar.

Baca juga: 4 Angka Misterius yang Bikin Ahli Matematika Tercengang selama 70 Tahun

Klingberg mengatakan, dalam studi besar acak ini, peneliti menemukan bahwa latihan kognitif berperan penting dalam meningkatkan kemampuan matematika anak.

“Ini adalah temuan penting karena memberikan bukti kuat bahwa latihan kognitif berpengaruh pada kemampuan yang berbeda dari yang dipraktikkan,” ujar Klingberg.

Meski demikian, peneliti mengakui masih ada keterbatasan dalam penelitian ini. Salah satunya adalah kurangnya keberadaan kelompok kontrol pasif untuk memperkirakan dampak absolut.

Selain itu, peneliti juga tidak melibatkan siswa yang menerima pelatihan melalui pelajaran matematika.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com