Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Peringatkan Bahaya Flu Burung yang Sangat Patogen dan Sudah Menyebar di 46 Negara

Kompas.com - 24/05/2021, 12:30 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Sementara dunia masih berusaha menghentikan pandemi Covid-19, tahun 2020 rupanya juga terjadi ledakan patogen mematikan lainnya yang dapat menimbulkan ancaman lain bagi kesehatan masyarakat global.

H5N8, subtipe virus flu burung yang sangat patogen (HPAIV), memang telah diidentifikasi beberapa dekade yang lalu.

Tetapi selama tahun 2020, serangkaian wabah H5N8 yang muncul dan sedang berlangsung pada populasi unggas di puluhan negara, telah menyebabkan kematian atau pembantaian jutaan burung di seluruh dunia.

Baca juga: Infeksi Virus Corona Makin Meluas, Sekarang China Diserang Flu Burung

Melansir Science Alert, peneliti virus Weifeng Shi dan George F. Gao dalam artikel perspektif baru di Science, memperingatkan bahaya H5N8 jika tidak memonitornya.

"Wilayah geografis yang terkena dampaknya terus berkembang, dan setidaknya 46 negara telah melaporkan wabah AIV H5N8 yang sangat patogen," ujar Gao.

Sementara hewan yang paling rentan terhadap H5N8 adalah berbagai jenis burung, termasuk ayam dan bebek yang dibudidayakan, juga burung liar dan yang bermigrasi.

Bahkan Gao mengatakan, kasus virus pada manusia juga telah ditemukan.

Wabah flu burung di Rusia pada Desember 2020 melanda pekerja unggas, dengan tujuh orang di sebuah peternakan di Rusia selatan menunjukkan tanda-tanda infeksi – yang mana kasus ini mewakili pertama kalinya H5N8 ditemukan pada manusia.

Meskipun itu adalah yang pertama untuk H5N8, ini jelas bukan yang pertama untuk klade dan subkelas yang terkait dengan H5N8, atau untuk virus flu burung pada umumnya.

Sebagai informasi, klade adalah kelompok taksonomi yang memiliki satu garis leluhur yang sama.

Shi dan gao mengungkap, hingga saat ini, ada total 862 kasus infeksi H5N1 pada manusia yang dikonfirmasi di laboratorium yang dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), termasuk 455 kematian.

"Kasus ini berasal dari 17 negara, dengan sekitar 76 persen dari Mesir dan Indonesia," katanya.

Tetapi risiko zoonosis (penyakit yang ditularkan hewan ke manusia) hanyalah sebagian dari masalah dengan H5N8 dan sejenisnya.

Di sebagian besar wabah baru-baru ini, klade H5N8 yang disebut 2.3.4 telah menjadi patogen dominan di seluruh dunia, yang mana ini pertama kali terlihat di pasar tradisional Tiongkok pada tahun 2010.

"AIV H5 Clade 2.3.4, terutama subtipe H5N8, telah dengan jelas menunjukkan kecenderungan penyebaran global yang cepat pada burung yang bermigrasi," tulis para peneliti.

Baca juga: Setelah Virus Corona China Diserang Flu Burung, Seperti apa Bahayanya?

 

Wabah flu burung di Northern Territory ini terjadi pada November, hal yang dianggap tidak biasa. (ABC News/Damien Larkins)
Wabah flu burung di Northern Territory ini terjadi pada November, hal yang dianggap tidak biasa. (ABC News/Damien Larkins)
Para peneliti juga mencatat, bahwa virus ini juga menunjukkan bukti evolusi yang konstan, secara genetik menyusun kembali dirinya dengan bagian dari AIV subtipe lain.

Shi dan Gao - masing-masing dari Universitas Kedokteran Pertama Shandong China dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China - keduanya termasuk di antara beberapa ilmuwan pertama yang mendokumentasikan virus corona baru pada awal 2020.

Mereka mencatat bahwa pandemi Covid-19 yang muncul - dan tindakan pencegahan dan pengendalian populasi dunia yang diberlakukan sebagai tanggapan - melihat penurunan tajam pada tahun lalu dalam penyebaran virus influenza A dan B musiman yang hanya menyerang manusia.

Meskipun demikian, dalam jangka waktu yang sama, sejumlah subtipe H5Ny AIV yang sangat patogen, termasuk subtipe H5N1, H5N2, H5N5, dan H5N8, tersebar di China, Afrika Selatan, Eropa, Eurasia, dan tempat lain.

Pada saat yang sama, penelitian telah menunjukkan bahwa virus klade 2.3.4 menunjukkan adaptasi pengikatan sel tertentu yang dapat menimbulkan risiko lebih besar bagi penularan manusia, termasuk kemungkinan penularan dari manusia ke manusia.

Secara keseluruhan, para peneliti mengatakan bahwa kita perlu secara signifikan meningkatkan pengawasan terhadap HPAIV di peternakan unggas sekarang, sebelum patogen ini terbang ke kandang.

“Karena migrasi burung liar jarak jauh, kapasitas bawaan untuk reassortment AIV, peningkatan kemampuan pengikatan reseptor tipe manusia, dan variasi antigenik HPAIV yang konstan, penyebaran global dan potensi risiko AIV H5N8 sangat penting. Untuk peternakan unggas, satwa liar unggas, dan kesehatan masyarakat global hal ini tidak bisa diabaikan," tulis Shi dan Gao.

Penemuan ini telah dilaporkan di Science.

Baca juga: Kasus Pertama, Rusia Laporkan Infeksi Flu Burung H5N8 pada Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com