Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Magnitudo Gempa Blitar Diperbarui? Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 22/05/2021, 18:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Gempa bumi tektonik yang mengguncang Blitar, Jawa Timur pada, Jumat (21/5/2021) pada awalnya dikabarkan memiliki kekuatan magnitudo M 6,2. Namun, tidak berapa lama kemudian data tersebut di-update.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis data terbaru yang dimutakhirkan dengan parameter update magnitudo gempa Blitar menjadi M 5,9.

Kejadian pemutakhiran data magnitudo gempa ini bukan hanya sekali terjadi. Pemutakhiran magnitudo bisa jadi menurun atau bahkan meningkat daripada data yang dikeluarkan sebelumnya.

Namun, mengapa sering kali ada revisi atau pemutakhiran parameter magnitudo saat gempa terjadi?

Menjawab hal itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda untuk mengumumkan besarnya magnitudo gempa.

Baca juga: Pusat Gempa Blitar 110 Km di Bawah Laut, Kok Getarannya Terasa Kuat?

 

"Sebetulnya bisa saja tidak dimutakhirkan. Atau langsung saja ke M 5,9 (gempa Blitar), itu bisa. Tetapi, itu kita harus menunggu lebih dari 5 menit (usai gempa untuk dapat M 5,9),"  kata Dwikorita dalam konferensi pers, Jumat (21/5/2021) menjelaskan magnitudo gempa Blitar.

Ia mencontohkan, di negara Amerika memiliki kebijakan sendiri untuk mengumumkan magnitudo gempa dengan menunggu kondisi kejadian gempa sudah stabil, yaitu sekitar 10-15 menit usai guncangan terjadi.

Mereka memang sengaja menunggu sampai keadaan guncangan gempa stabil, baru mengumumkan kejadian gempa kepada masyarakat.

"Nggak apa-apa, nggak salah itu nunggu stabilnya. Yang penting akurasinya itu. Akurat, stabil menit ke 10 atau 15 (usai guncangan terjadi)," kata dia.

Bahkan, kata dia, jika United States Geological Survey (USGS/ BMKG Amerika) merasa kondisi guncangan gempa belum stabil meski sampai menit ke 30 sekalipun, mereka masih akan menunggu sampai stabil agar menyampaikan hasil analisis magnitudo gempa bumi yang akurat.

Baca juga: 6 Fakta Gempa Blitar, dari Bukan Gempa Megathrust hingga Termasuk Merusak

Teras rumah nenek Musrifah di Desa Tegalrejo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar roboh akibat gempa berkekuatan 5,9 SR yang berpusat di selatan Kabupaten Blitar, Jumat (21/5/2021) sekitar pukul 19.09 WIBDok. Desa Tegalrejo Teras rumah nenek Musrifah di Desa Tegalrejo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar roboh akibat gempa berkekuatan 5,9 SR yang berpusat di selatan Kabupaten Blitar, Jumat (21/5/2021) sekitar pukul 19.09 WIB

Mengumumkan adanya kejadian gempa sampai kondisi stabil dan akurat ini juga dilakukan oleh Jerman.

Itu tidak menunggu sampai stabil, menit ke 3 stabil atau tidak stabil harus diumumkan.

"Di negara manapun, di menit ke 3 (usai guncangan gempa terjadi) itu pasti belum stabil," kata dia.

Akurasi perihal magnitudo gempa ini sendiri sangat bergantung dengan banyaknya data yang masuk dari sensor-sensor gempa yang dimiliki.

Baca juga: Gempa Blitar Terasa hingga Surabaya dan Bali, Pakar Jelaskan Sebabnya

 

Semakin lama menunggu, maka akan semakin banyak pula data yang masuk, dan akan semakin akurat pula perhitungannya. Indonesia pilih keluarkan peringatan dini gempa hindari potensi tsunami

Namun, prinsip yang digunakan oleh BMKG Indonesia ini berbeda dengan kebijakan yang diambil oleh Jerman dan Amerika.

Melainkan, hampir serupa dengan kebijakan yang diambil oleh Jepang dan Australia.

Dalam persoalan informasi gempa bumi, Jepang dituntut untuk bertindak cepat dalam memberikan peringatan dini potensi tsunami, berdasarkan magnitudo gempa yang didapatkan.

Baca juga: Gempa Blitar M 6,2 sudah 2 Kali Susulan, Ini Daftar Wilayah Terdampak

Ilustrasi gempaSHUTTERSTOCK/Andrey VP Ilustrasi gempa

"Di Amerika dan Jerman USGS tidak bertugas memberikan peringatan dini tsunami, hanya info gempa bumi. Jadi, mau diumumkan 10 menit, 15 menit tidak ada masalah," kata dia.

Sementara, apa yang dilakukan Amerika dan Jerman ini tidak bisa jika menunggu kondisi stabil sampai 10-15 menit setelah gempa terjadi.

"Kalau di Jepang, nunggu stabil, 10 menit, 15 menit baru kasih info potensi tsunami. Tsunaminya sudah datang duluan," tuturnya.

Sehingga, Dwikorita menegaskan, persoalan pemuktahiran magnitudo atau kekuatan gempa ini bukan persoalan akurasinya saja.

Melainkan, urgensi data infromasi atau peringatan dini yang dikeluarkan tersebut.

Baca juga: Gempa Blitar, BMKG Ingatkan Warga Waspada Potensi Gempa Susulan

 

Dwikorita menegaskan, Indonesia lebih cenderung serupa dengan apa yang menjadi fokus utama dalam mengeluarkan informasi terkait gempa bumi ini.

BMKG lebih mengutamakan mengeluarkan data sebagai bentuk peringatan dini seperti Jepang. Sehingga, umumnya BMKG mengambil data magnitudo pada menit ke 5 usai guncangan gempa terjadi.

"Kalau informasinya baru menit ke 10 atau 15, ini tidak bisa. Soalnya, tsunami itu juga bahkan bisa datang ketika menit ke 3," ungkapnya.

Peringatan dini juga dimanfaatkan agar masyarakat di suatu wilayah dapat segera melakukan antisipasi untuk mengevakuasi diri jika memang potensi tsunami paska guncangan gempa bumi terjadi.

Baca juga: 6 Fakta Gempa Blitar, dari Bukan Gempa Megathrust hingga Termasuk Merusak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com