Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Magnitudo Gempa Blitar Diperbarui? Ini Penjelasan BMKG

KOMPAS.com- Gempa bumi tektonik yang mengguncang Blitar, Jawa Timur pada, Jumat (21/5/2021) pada awalnya dikabarkan memiliki kekuatan magnitudo M 6,2. Namun, tidak berapa lama kemudian data tersebut di-update.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis data terbaru yang dimutakhirkan dengan parameter update magnitudo gempa Blitar menjadi M 5,9.

Kejadian pemutakhiran data magnitudo gempa ini bukan hanya sekali terjadi. Pemutakhiran magnitudo bisa jadi menurun atau bahkan meningkat daripada data yang dikeluarkan sebelumnya.

Namun, mengapa sering kali ada revisi atau pemutakhiran parameter magnitudo saat gempa terjadi?

Menjawab hal itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda untuk mengumumkan besarnya magnitudo gempa.

"Sebetulnya bisa saja tidak dimutakhirkan. Atau langsung saja ke M 5,9 (gempa Blitar), itu bisa. Tetapi, itu kita harus menunggu lebih dari 5 menit (usai gempa untuk dapat M 5,9),"  kata Dwikorita dalam konferensi pers, Jumat (21/5/2021) menjelaskan magnitudo gempa Blitar.

Ia mencontohkan, di negara Amerika memiliki kebijakan sendiri untuk mengumumkan magnitudo gempa dengan menunggu kondisi kejadian gempa sudah stabil, yaitu sekitar 10-15 menit usai guncangan terjadi.

Mereka memang sengaja menunggu sampai keadaan guncangan gempa stabil, baru mengumumkan kejadian gempa kepada masyarakat.

"Nggak apa-apa, nggak salah itu nunggu stabilnya. Yang penting akurasinya itu. Akurat, stabil menit ke 10 atau 15 (usai guncangan terjadi)," kata dia.

Bahkan, kata dia, jika United States Geological Survey (USGS/ BMKG Amerika) merasa kondisi guncangan gempa belum stabil meski sampai menit ke 30 sekalipun, mereka masih akan menunggu sampai stabil agar menyampaikan hasil analisis magnitudo gempa bumi yang akurat.

Mengumumkan adanya kejadian gempa sampai kondisi stabil dan akurat ini juga dilakukan oleh Jerman.

Itu tidak menunggu sampai stabil, menit ke 3 stabil atau tidak stabil harus diumumkan.

"Di negara manapun, di menit ke 3 (usai guncangan gempa terjadi) itu pasti belum stabil," kata dia.

Akurasi perihal magnitudo gempa ini sendiri sangat bergantung dengan banyaknya data yang masuk dari sensor-sensor gempa yang dimiliki.

Semakin lama menunggu, maka akan semakin banyak pula data yang masuk, dan akan semakin akurat pula perhitungannya. Indonesia pilih keluarkan peringatan dini gempa hindari potensi tsunami

Namun, prinsip yang digunakan oleh BMKG Indonesia ini berbeda dengan kebijakan yang diambil oleh Jerman dan Amerika.

Melainkan, hampir serupa dengan kebijakan yang diambil oleh Jepang dan Australia.

Dalam persoalan informasi gempa bumi, Jepang dituntut untuk bertindak cepat dalam memberikan peringatan dini potensi tsunami, berdasarkan magnitudo gempa yang didapatkan.

"Di Amerika dan Jerman USGS tidak bertugas memberikan peringatan dini tsunami, hanya info gempa bumi. Jadi, mau diumumkan 10 menit, 15 menit tidak ada masalah," kata dia.

Sementara, apa yang dilakukan Amerika dan Jerman ini tidak bisa jika menunggu kondisi stabil sampai 10-15 menit setelah gempa terjadi.

"Kalau di Jepang, nunggu stabil, 10 menit, 15 menit baru kasih info potensi tsunami. Tsunaminya sudah datang duluan," tuturnya.

Sehingga, Dwikorita menegaskan, persoalan pemuktahiran magnitudo atau kekuatan gempa ini bukan persoalan akurasinya saja.

Melainkan, urgensi data infromasi atau peringatan dini yang dikeluarkan tersebut.

Dwikorita menegaskan, Indonesia lebih cenderung serupa dengan apa yang menjadi fokus utama dalam mengeluarkan informasi terkait gempa bumi ini.

BMKG lebih mengutamakan mengeluarkan data sebagai bentuk peringatan dini seperti Jepang. Sehingga, umumnya BMKG mengambil data magnitudo pada menit ke 5 usai guncangan gempa terjadi.

"Kalau informasinya baru menit ke 10 atau 15, ini tidak bisa. Soalnya, tsunami itu juga bahkan bisa datang ketika menit ke 3," ungkapnya.

Peringatan dini juga dimanfaatkan agar masyarakat di suatu wilayah dapat segera melakukan antisipasi untuk mengevakuasi diri jika memang potensi tsunami paska guncangan gempa bumi terjadi.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/22/180300523/kenapa-magnitudo-gempa-blitar-diperbarui-ini-penjelasan-bmkg

Terkini Lainnya

Studi: Mimpi Buruk Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Autoimun

Studi: Mimpi Buruk Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Autoimun

Oh Begitu
Kenapa Kita Tidak Boleh Mengambil Cangkang Kerang dari Pantai?

Kenapa Kita Tidak Boleh Mengambil Cangkang Kerang dari Pantai?

Oh Begitu
Ilmuwan Cari Tahu Usia Lumba-lumba Lewat Kotoran

Ilmuwan Cari Tahu Usia Lumba-lumba Lewat Kotoran

Oh Begitu
5 Penyakit yang Menular dari Hewan ke Manusia

5 Penyakit yang Menular dari Hewan ke Manusia

Oh Begitu
Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat Terbang?

Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat Terbang?

Oh Begitu
Bagaimana Bahasa Berkembang?

Bagaimana Bahasa Berkembang?

Fenomena
Obat Penumbuh Gigi Segera Diuji pada Manusia

Obat Penumbuh Gigi Segera Diuji pada Manusia

Fenomena
Apakah Aturan Sebelum 5 Detik itu Benar? Sains Punya Jawabannya

Apakah Aturan Sebelum 5 Detik itu Benar? Sains Punya Jawabannya

Oh Begitu
Perubahan Iklim Terbukti Ganggu Kesehatan Saraf

Perubahan Iklim Terbukti Ganggu Kesehatan Saraf

Fenomena
Bagaimana Manusia Prasejarah Mengolah Logam?

Bagaimana Manusia Prasejarah Mengolah Logam?

Fenomena
Mengapa Kita Suka Bernyanyi di Kamar Mandi?

Mengapa Kita Suka Bernyanyi di Kamar Mandi?

Kita
Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Oh Begitu
Mengapa Beberapa Orang Bersikap Jahat di Internet? Psikologi Jelaskan

Mengapa Beberapa Orang Bersikap Jahat di Internet? Psikologi Jelaskan

Kita
Platipus Tidak Punya Perut, Kenapa Begitu?

Platipus Tidak Punya Perut, Kenapa Begitu?

Oh Begitu
Hewan Apa yang Tercepat di Lautan?

Hewan Apa yang Tercepat di Lautan?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke