KOMPAS.com- A (7), bocah perempuan asal Desa Conkrang, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah ditemukan tewas di dalam kamarnya. Bocah tersebut dibunuh, diduga karena nakal.
Dari hasil pemeriksaan polisi, ternyata mayat bocah SD tersebut sudah disimpan 4 bulan di dalam kamar oleh orangtuanya yakni sang ayah, M dan ibunya, S.
A diduga dibunuh oleh kedua orangtuanya yang percaya A dirasuki oleh makhluk astral yaitu genderuwo.
Kapolres Temanggung, AKBP Benny Setyowadi mengatakan aksi sadis tersebut terjadi pada Januari 2021.
H mengatakan jika A menjadi nakal karena dirasuki oleh makhluk dunia lain, genderuwo. H pun menyarankan agar A diruwat agar tidak nakal.
"Dugaan awal sementara, orangtua korban mau melakukan tindakan itu atas pengaruh bujuk rayu H, yang dikenal sebagai orang "pintar" atau dukun. Saat itu kondisi A diyakini nakal, lalu H mengatakan 'wah, anak itu dihinggapi dunia lain'," jelas AKBP Benny Setyowadi di Mapolres Temanggung, Selasa (18/5/2021).
Mereka pun menggelar ritual dengan menggelamkan bocah malang itu di bak mandi hingga akhirnya tewas.
Tak hanya sampai disitu, setelah A sudah tak bernyawa, kedua orangtuanya diminta menaruh tubuh kaku A di atas kasur, dengan dalih sebagai perawatan yang nantinya akan membuat A bangun.
Benny menuturkan, saat ditemukan, mayat korban dalam kondisi kering, tinggal kulit dan tulang saja.
Bagaimana seorang anak dapat dikategorikan nakal dan tidak nakal?
Terkait kasus kematian bocah Temanggung yang dibunuh karena nakal, Psikolog Anak dari Pion Clinician, Astrid W.E.N mengatakan bahwa istilah nakal sebenarnya tidak ada pada istilah psikologi.
Baca juga: Bocah Temanggung Dibunuh Orangtua, Mungkinkah Genderuwo Rasuki Anak?
Menurut Astrid, dalam pandangan umum, nakal yang ada pada tingkah laku anak biasanya diartikan sebagai tingkah laku yang tidak baik, mengganggu orang lain, menyalahi aturan, atau tidak menurut perintah orang tua atau orang dewasa di sekitarnya.
Pada anak usia 7 tahun, dalam perkembangan personal, sosial dan emosinya, anak diharapkan telah mampu mengikuti aturan di dalam lingkungan sosialnya seperti di rumah atau di sekolah.
Selain itu, mereka juga sudah mulai mempunyai kemampuan mengontrol diri dan belajar mandiri terhadap berbagai kondisi yang terjadi di sekitarnya.
Apalagi anak-anak di usia itu sudah mulai belajar berinteraksi tidak hanya dengan keluarga ini di rumah saja, melainkan juga berinteraksi dengan orang lain, baik teman sebayanya maupun orang dewasa di lingkungannya.
"Kemampuan mengelola emosi (pada usia ini) akan lebih baik daripada anak-anak di usia pra-sekolah," kata Astrid kepada Kompas.com, Kamis (20/5/2021).
Baca juga: Bocah 7 Tahun Diduga Dinikahi Syekh Puji, Seperti Apa Dampak Psikologisnya?
Dijelaskan Astrid, jika anak pada usia 7 tahun mendapatkan keluhan atau label bahwa ia “nakal” atau “bermasalah”, sangat mungkin kita bertanya, apa yang terjadi sesungguhnya? Mengapa berbeda dari goal tahapan perkembangannya?
Pada dunia psikologi, saat orangtua datang dengan keluhan anaknya nakal, psikolog akan melakukan identifikasi beberapa masalah, sebagai berikut.
Di antaranya seperti masalah emosi anak, atau mungkin saja masalah tumbuh kembang pada anak, masalah belajar pada anak, atau masalah pengasuhan yang kurang tepat bagi anak.
Pemeriksaan psikologis yang baik dan menyeluruh akan membantu orangtua mengetahui masalah yang sebenarnya, yang bukan hanya dihadapi oleh orangtua, tetapi juga dihadapi oleh anak itu sendiri.
"Pemeriksaan ini akan juga membantu mispersepsi yang ditimbulkan dalam diri orangtua karena pengetahuan atau informasi yang salah," jelasnya.
Baca juga: Kenakalan Bocah Kleptomania Pencandu Narkoba, Bisakah Sembuh dari Kecanduan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.