KOMPAS.com - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Indonesia akan kedatangan vaksin Covid-19 Novavax dan Pfizer pada bulan Juni dan Juli 2021.
Dua vaksin tersebut akan digunakan untuk vaksinasi Covid-19 program pemerintah.
"Dan nanti di bulan Juni, Juli ada merek vaksin lain yaitu vaksin Novavax dan Pfizer," kata Nadia dalam diskusi secara virtual, Selasa (18/5/2021).
Nadia menyampaikan, untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, pemerintah tidak mungkin hanya bergantung pada satu produsen.
Baca juga: 3 Kandidat Vaksin Mandiri oleh Perusahaan, Tidak Termasuk AstraZeneca
Oleh karena itu, kata dia, setiap jenis vaksin yang sudah lolos uji klinis fase ketiga dan mendapatkan persetujuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dapat dipastikan aman dan memiliki manfaat.
"Kita ingat bahwa WHO sendiri mengatakan jangan memilih vaksin karena semua vaksin itu sama baiknya," ujar dia.
Berikut 5 fakta tentang vaksin Novavax yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi asal Maryland, Amerika Serikat, Novavax Inc.
Melansir laman resmi Novavax, NVX-CoV2373 merupakan protein yang direkayasa dari urutan genetik SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19.
NVX-CoV2373 dibuat menggunakan teknologi nanopartikel rekombinan Novavax untuk menghasilkan antigen yang berasal dari protein lonjakan atau protein spike virus corona dan ditambahkan dengan Matrix-M berbasis saponin.
Meski berasal dari urutan genetik SARS-Cov-2, NVX-CoV2373 mengandung antigen protein yang dimurnikan dan tidak dapat bereplikasi, serta tidak bisa menyebabkan infeksi Covid-19.
Vaksin tersebut menghasilkan antibodi dalam jumlah yang sangat tinggi dalam uji klinis awal.
Dikutip dari The New York Times, Kamis (31/12/2020), untuk membuat vaksin Novavax, para peneliti memodifikasi gen dalam protein spike.
Mereka memasukkan gen tersebut ke dalam virus yang berbeda, yang disebut baculovirus, dan membiarkannya menginfeksi sel serangga.
Sel yang terinfeksi menghasilkan protein lonjakan yang secara spontan bergabung bersama untuk membentuk lonjakan, seperti yang mereka lakukan di permukaan virus corona.
Metode serupa dalam menumbuhkan dan memanen protein virus telah digunakan untuk membuat vaksin berlisensi untuk penyakit, termasuk influenza dan HPV.