Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksperimen Baru, Babi dan Tikus Bisa Bernapas Melalui Pantat

Kompas.com - 15/05/2021, 13:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Saat Anda membaca tulisan ini, Anda pasti sedang bernapas. Udara mengalir ke paru-paru melalui saluran napas bagian atas yang mencakup mulut dan hidung, masuk dan keluar dengan cara yang sama untuk menyuplai oksigen ke tubuh.

Cara bernapas ini juga yang dilakukan oleh mamalia lainnya.

Namun menurut penelitian terbaru, rupanya babi dan hewan pengerat seperti tikus juga dapat bernapas melalui pantat.

Secara teknis, ini merupakan pengiriman oksigen melalui usus rektal, dengan bantuan ventilator. Hal yang sama seperti saat petugas medis melakukan prosedur enema, yakni memasukkan cairan ke dalam kolon melalui anus.

Baca juga: Serba-serbi Hewan: Setiap Lumba-lumba Punya Nama, Mirip Manusia

Pernapasan melalui usus memang terdengar aneh. Namun cara ini sebenarnya juga dilakukan ikan dan sudah diketahui ahli.

Dalam kondisi darurat saat oksigen rendah atau hipoksia, beberapa hewan air seperti teripang, lele air tawar, dan loach air tawar memaksimakan asupan oksigen dengan bernapas melalui isi perut.

Secara alami, ini menimbulkan pertanyaan menarik. Apakah hewan lain dapat melakukan hal yang sama, termasuk mamalia?

Meski tidak mungkin, tim ilmuwan Jepang dan Amerika yang dipimpin ahli bedah toraks Ryo Okabe dari Universitas Kyoto memutuskan untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu.

Mereka juga berharap, penelitian ini dapat menentukan kelayakan ventilator rektal (lewat anus) untuk pasien manusia.

"Alat bantu pernapasan buatan memainkan peran penting dalam manajemen klinis dari kegagalan pernapasan akibat penyakit parah seperti pneumonia atau sindrom gangguan pernapasan akut," kata ahli gastroenterologi Takanori Takebe dari Universitas Kedokteran dan Gigi Tokyo dan Pusat Medis Rumah Sakit Anak Cincinnati.

"Meskipun efek samping dan keamanan perlu dievaluasi secara menyeluruh pada manusia, pendekatan kami mungkin menawarkan paradigma baru untuk mendukung pasien yang sakit kritis dengan gagal napas," imbuhnya dilansir Science Alert, Jumat (14/5/2021).

Seperti yang ditunjukkan tim, pilihan medis standar untuk pasien dengan kegagalan pernapasan bergantung pada ventilasi mekanis atau sistem paru-paru buatan.

Namun, pandemi saat ini telah mengakibatkan kekurangan ventilator. Oleh sebab itu, metode alternatif yang aman diyakini dapat memberikan dukungan tambahan untuk menyelamatkan jiwa pasien dalam situasi yang mengerikan.

Ilustrasi pasien Covid-19 yang membutuhkan ventilator, umumnya menunjukkan gejala delirium. Gejala delirium Covid-19 menyebabkan hilang kesadaran, pasien umumnya datang ke IGD sambil mengigau, hilang fokus. Kebanyakan ditemukan pada pasien dewasa yang lebih tua, dengan rata-rata usia di atas 70 tahun.SHUTTERSTOCK/Halfpoint Ilustrasi pasien Covid-19 yang membutuhkan ventilator, umumnya menunjukkan gejala delirium. Gejala delirium Covid-19 menyebabkan hilang kesadaran, pasien umumnya datang ke IGD sambil mengigau, hilang fokus. Kebanyakan ditemukan pada pasien dewasa yang lebih tua, dengan rata-rata usia di atas 70 tahun.

Eksperimen

Awalnya, subjek penelitian mereka adalah tikus yang diberi anestesi.

Para peneliti mengembangkan sistem ventilasi oksigen untuk dimasukkan secara anal. Mereka menginduksi hipoksia melalui intubasi trakea, dan membandingkan tikus yang diberi ventilator lewat usus dan yang tidak mendapat ventilator sebagai tikus kontrol.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com