Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Manusia dan Tikus Berpotensi Punya Bisa Racun Seperti Ular

Kompas.com - 04/04/2021, 19:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Menurut penelitian terbaru, manusia dan tikus sangat mungkin punya bisa racun seperti ular.

Jika ini terjadi, tentu istilah toxic person akan menjadi kenyataan.

Dilansir The Independent, Selasa (30/3/2021), para ilmuwan menemukan fondasi genetik yang diperlukan supaya mulut mamalia dan reptil memiliki bisa seperti ular.

Tim peneliti juga menunjukkan bukti konkret pertama terkait adanya hubungan antara kelenjar racun pada ular dan kelenjar ludah pada mamalia.

Baca juga: Waspada Ular Keluar Saat Banjir, Begini Cara Mencegahnya

Penelitian yang terbit di jurnal PNAS menunjukkan bahwa meski manusia atau tikus tidak berbisa saat ini, genom kita memiliki potensi dalam kondisi ekologi tertentu.

"Ini benar-benar memberikan arti baru untuk istilah toxic person," kata penulis studi Agneesh Barua sambil bercanda.

Dia menggambarkan, racun adalah campuran protein yang digunakan oleh hewan untuk melumpuhkan dan membunuh mangsa, serta untuk pertahanan diri.

Untuk penelitian, alih-alih berfokus pada gen yang mengkode protein yang membentuk campuran beracun, para ilmuwan dari Institut Sains dan Teknologi Okinawa Universitas Pascasarjana (OIST) dan Universitas Nasional Australia mencari gen yang bekerja bersama dan berinteraksi dengan gen racun.

Mereka menggunakan kelenjar racun dari ular habu Taiwan - ular pit viper yang ditemukan di Asia - dan mengidentifikasi sekitar 3.000 gen.

Barua dan tim mencatat, ribuan gen itu memainkan peran penting dalam melindungi sel dari stres yang disebabkan oleh produksi banyak protein.

Para peneliti juga melihat genom makhluk lain termasuk mamalia seperti anjing, simpanse, dan manusia. Tim menemukan bahwa mamalia memiliki gen tersebut dengan versi mereka sendiri.

Setelah menyelidiki jaringan kelenjar ludah pada mamalia, tim Barua melihat bahwa gen mamalia memiliki pola aktivitas yang mirip dengan yang terlihat pada kelenjar bisa ular.

Karena hal itulah tim menyimpulkan bahwa kelenjar ludah pada mamalia dan kelenjar racun pada ular berbagi inti fungsional kuno.

Baca juga: Pakar Toksikologi: Kertas Cokelat Pembungkus Makanan Mengandung Racun

"Banyak ilmuwan secara intuitif percaya ini benar. Tapi ini adalah bukti kuat pertama yang nyata untuk teori bahwa kelenjar racun berevolusi dari kelenjar ludah kuno," kata Barua.

"Pada ular, mereka menggila. Ada banyak racun berbeda dalam bisanya dan ular meningkatkan jumlah gen yang terlibat dalam menghasilkan racun. Mamalia seperti tikus, menghasilkan racun yang lebih sederhana yang memiliki kemiripan tinggi dengan air liur."

Barua mengatakan, eksperimen pada 1980-an menunjukkan bahwa tikus jantan menghasilkan senyawa dalam air liurnya yang sangat beracun.

"Jika dalam kondisi ekologi tertentu, tikus yang menghasilkan lebih banyak protein beracun dalam air liurnya memiliki keberhasilan reproduksi yang lebih baik, maka dalam beberapa ribu tahun, kita mungkin bertemu dengan tikus berbisa," imbuh dia.

Dia juga mencatat, meski kecil kemungkinannya, pada kondisi ekologi tertentu manusia juga punya potensi memiliki bisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com