Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roket Long March China Jatuh Tak Terkendali ke Bumi, Apakah Berbahaya?

Kompas.com - 08/05/2021, 16:33 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber The Verge

KOMPAS.com- Pekan ini, diperkirakan roket Long March milik China akan jatuh ke Bumi. Puing-puing roket China akan jatuh ke Bumi diprediksi terjadi pada hari Sabtu atau Minggu ini, lantas apakah berbahaya?

Roket setinggi 100 kaki, dengan berat 22 metrik ton, diluncurkan pada akhir April lalu dalam misi meluncurkan potongan pertama stasiun luar angkasa baru, Beijing, China.

Dilansir dari The Verge, Sabtu (8/5/2021), kembalinya puing-puing roket Long March 5B China ini, sepertinya tidak perlu dikhawatirkan oleh para penduduk Bumi.

Bangkai roket itu pun diperkirakan akan jatuh ke laut, menurut para analisis.

"Sebagian besar Bumi tertutup air, jadi hampir tidak ada risiko," kata Dan Oltrogge, pendiri Koalisi Keamanan Luar Angkasa.

Baca juga: Roket Long March China Diperkirakan akan Jatuh ke Bumi Pekan Ini

 

Oltrogge yang juga pakar kebijakan terkemuka di Pusat Operasi Luar Angkasa Komersial, perusahaan yang membantu perusahaan melacak lalu lintas luar angkasa, menambahkan bahwa risiko dari jatuhnya roket itu bagi publik tidaklah nol.

"Tetapi (dampak jatuhnya roket China) jauh lebih sedikit, jika menuju lautan," kata dia.

Komando Luar Angkasa AS, yang membantu melacak sekitar 27.000 potongan sampah buatan manusia di orbit, sedang melacak lokasi tahap roket Long March.

"Tetapi, titik masuk yang tepat ke atmosfer Bumi tidak dapat ditentukan sampai beberapa jam setelah masuk kembali," katanya dalam keterangannya, memperkirakan roket akan masuk kembali pada Sabtu, 8 Mei ini.

Baca juga: Sampah Roket China Jatuh di Kalteng, Kenapa Lapan Tak Beri Peringatan?

 

Misi stasiun luar angkasa China

Potensi manusia mendapat dampak dari jatuhnya roket ini, kata Komando Luar Angkasa AS, sangat rendah. Sebab, kebanyakan tahap inti roket ini tidak memasuki orbit Bumi. Biasanya puing-puing roket tersebut akan jatuh ke laut, tepat setelah peluncuran.

Akan tetapi, roket Long March 5B milik China, memiliki desain yang unik yang menempatkan seluruh tahap pertama ke orbit rendah Bumi untuk mengirimkan muatannya.

Muatan yang dibawa roket Long March China yang diluncurkan pada 29 April lalu itu adalah modul Tianhe seberat 22,5 metrik ton.

Modul yang diluncurkan menggunakan roket China Long March 5B ini nantinya akan berfungsi sebagai tempat tinggal untuk stasiun luar angkasa baru China dalam beberapa tahun ke depan. 

Baca juga: Sedang Wabah Virus Corona, China Tetap Luncurkan Roket ke Luar Angkasa

Roket China Long March 5 meluncurkan misi pengembalian sampel bulan Chang'e 5 ke orbit dari Situs Peluncuran Pesawat Luar Angkasa Wenchang di Pulau Hainan di China selatan pada 24 November 2020 waktu Beijing. (Kredit gambar: Administrasi Luar Angkasa Nasional China)
Administrasi Luar Angkasa Nasional China/Live Science Roket China Long March 5 meluncurkan misi pengembalian sampel bulan Chang'e 5 ke orbit dari Situs Peluncuran Pesawat Luar Angkasa Wenchang di Pulau Hainan di China selatan pada 24 November 2020 waktu Beijing. (Kredit gambar: Administrasi Luar Angkasa Nasional China)

Saat ini, badan roket China tersebut tidak dapat digerakkan atau dikendalikan. Badan roket China ini telah mengorbit Bumi secara diagonal pada kemiringan 41,5 derajat (atau kemiringan) dari ekuator.

Itu berarti ia melewati petak besar Bumi, di mana saja sejauh selatan Chili dan separuh teratas Selandia Baru, atau bisa jatuh di sekitar wilayah utara New York dan Madrid.

Akan tetapi, sebagian besar petak orbit itu menutupi perairan internasional, yang menunjukkan peluang masuk kembali ke wilayah berpenduduk kecil.

"Kemungkinan ada orang yang tertimpa cukup rendah. Ini sangat rendah, sebut saja," kata Oltrogge.

Baca juga: Percobaan Keempat, Roket Starship Milik SpaceX Jatuh Saat Uji Coba

 

Objek ruang angkasa sering jatuh

Kendati demikian masih ada beberapa kekhawatiran, tentang keamanan ruang angkasa. Dengan meluncurkan roket besar-besaran ke orbit rendah Bumi, di mana lalu lintas antara satelit dan sampah antariksa meningkat tajam, akan memberikan risiko bagi penduduk Bumi.

Kemungkinan saja bagian-bagian dari roket tersebut dapat bertahan dari ledakan api saat jatuh melalui atmosfer Bumi.

Potongan puing roket Long March 5B, China, yang diluncurkan tahun lalu, menghujani permukiman di Pantai Gading, Afrika.

Baca juga: Siap Susul Arab, Misi ke Mars China Pindahkan Roket Pembawa Tianwen-1

 

"Objek yang jatuh ke Bumi terjadi hampir setiap hari, dan setiap beberapa bulan sekali ada beberapa benda yang jatuh ke tanah," kata ahli astrofisika yang berbasis di Harvard, Jonathan McDowell.

"Tapi ini baru kedua kalinya (setelah masuk kembali tahun lalu dari jenis roket yang sama) dalam 30 tahun, sesuatu yang sebesar ini masuk kembali tanpa terkendali," imbuhnya.

Tiangong-1 adalah prototipe stasiun luar angkasa pertama China yang diluncurkan pada tahun 2011. Ini adalah objek besar lainnya yang masuk kembali secara tak terkendali pada tahun 2018, tetapi sebagian besar pecah di atmosfer di atas Samudera Pasifik Selatan.

"Pada saat masuk kembali (jatuh ke Bumi), berat totalnya mencapai 7 ton, jadi secara signifikan lebih kecil dari ukuran roket Long March 5B pada saat diperkirakan masuk kembali," kata McDowell.

Baca juga: Saat SpaceX Diluncurkan, China Juga Orbitkan 2 Roket dengan 4 Satelit

Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, modul inti stasiun luar angkasa Tiongkok, Tianhe, pada roket Long March-5B Y2 dipindahkan ke area peluncuran Situs Peluncuran Pesawat Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan China selatan pada (23/4/2021)AP PHOTO/GUO WENBIN Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, modul inti stasiun luar angkasa Tiongkok, Tianhe, pada roket Long March-5B Y2 dipindahkan ke area peluncuran Situs Peluncuran Pesawat Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan China selatan pada (23/4/2021)

"Saya berharap potongan-potongan signifikan mencapai permukaan bumi, mungkin hingga beberapa fragmen 100 kg," tambahnya.

Kendati objek luar angkasa yang jatuh ke Bumi adalah peristiwa wajar, dan sebagian besar objek tidak pernah selamat dari gesekan atmosfer Bumi, namun di mana puing-puing objek ini akan jatuh sangat sulit diprediksi.

Hal itu disampaikan komandan Angkatan Luar Angkasa Jenderal John Raymond, pada Kamis lalu.

"Semakin kita mendekat, data itu akan disempurnakan. Tapi komando luar angkasa melacak ini, mereka sudah mengatasinya," katanya.

Jika seandainya, bagian puing-puing dari roket Long March benar-benar menghantam daratan, tapi itu tidak berarti bahwa benda itu akan jatuh di wilayah tidak berpenghuni, dan ini mungkin memiliki konsekuensi hukum internasional.

Baca juga: Besok, NASA Luncurkan 2 Astronot ke Ruang Angkasa dengan Roket SpaceX

 

Di bawah perjanjian Konvensi Kewajiban Luar Angkasa 1972, negara-negara bertanggung jawab atas benda-benda yang mereka luncurkan ke luar angkasa. Hal itu disampaikan Chris Newman, seorang profesor hukum ruang angkasa di Universitas Northumbria di Inggris.

"Negara 'korban' mungkin sangat bergantung pada negara yang 'bertanggung jawab' untuk infrastruktur atau investasi dan mungkin tidak ingin mengguncang perahu," kata Newman.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa AS akan mengharapkan China untuk membayar kerusakan, jika itu terjadi, yang disebabkan oleh tahap roketnya.

China, seperti Amerika Serikat, adalah Pihak dalam Konvensi Kewajiban dan dengan demikian, akan bertanggung jawab untuk membayar kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh benda antariksa di permukaan Bumi atau pesawat yang sedang terbang.

"Kami mendorong semua Negara untuk beroperasi secara transparan dan bertanggung jawab dalam melakukan aktivitas luar angkasa mereka," imbuh juru bicara tersebut.

Baca juga: Boeing Selesaikan Inti Roket SLS untuk Pesawat Antariksa NASA

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com