Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerumunan Pendukung Persija, Mengapa Banyak Orang Indonesia Tak Takut Tertular Covid-19?

Kompas.com - 28/04/2021, 18:30 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Keberhasilan Persija menjadi juara usai mengalahkan Persib Bandung di final turnamen pramusim Piala Menpora 2021, berbuntut munculnya kerumunan suporter Persija yang merayakan kemenangan tersebut pada Minggu malam (25/4/2021).

Seperti telah diberitakan Kompas.com, mayoritas suporter menggunakan sepeda motor sambil membunyikan klakson bersaut-sautan di sepanjang jalan MH. Thamrin.

Sebagian berjalan kaki membawa dan mengenakan atribut Persija seperti spanduk dan bendera. Sementara sebagian lainnya datang dengan menumpang truk.

Baca juga: Aksi Perayaan Kemenangan Persija, Epidemiolog Sebut Aparat Keamanan Lengah

Kerumunan ini tak cuma ramai bernyanyi, para suporter Persija melakukan berbagai aksi selama merayakan kemenangan tim kesayangan, dari menyalakan flare hingga menceburkan diri ke kolam bundaran HI.

Menurut pihak kepolisian tak ada pemberitahuan atau permintaan izin sebelumnya untuk aksi perayaan tersebut. Hingga akhirnya pihak kepolisian membubarkan kerumunan dan menindak tegas.

Masalahnya, aksi perayaan ini dilakukan di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai.

Bahkan, hingga saat ini pemerintah masih menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro untuk mengendalikan penularan Covid-19.

Seperti yang telah kita ketahui, penularan virus corona penyebab Covid-19 terjadi melalui droplet seseorang yang terinfeksi saat bicara, batuk, bersin, bahkan bernyanyi.

Risiko Covid-19 juga tak main-main. Bukan hanya harus diisolasi, tapi juga risiko kematian hingga risiko long covid atau gejala berkepanjangan hingga berbulan-bulan setelah terinfeksi.

Pengetahuan buruk dan relaksasi kebijakan

Lalu, mengapa banyak orang Indonesia yang sepertinya tak takut tertular Covid-19?

Menurut Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo, hal ini terjadi karena rendahnya persepsi risiko di masyarakat tentang keberadaan dan bahaya Covid-19.

Rendahnya persepsi risiko di masyarakat, dikatakan Windhu bisa disebabkan karena pengetahuan yang buruk tentang Covid-19. Salah satunya, karena informasi-informasi yang benar kalah bersaing dengan hoaks dan berbagai teori konspirasi yang ngawur.

Selain itu, kemungkinan juga karena pemerintah pusat dan daerah sudah banyak merelaksasi kebijakan aktifitas non esensial. Sehingga, masyarakat mengira keadaan pandemi Covid-19 sudah membaik.

“Awalnya masyarakat percaya tentang Covid-19 dan bahayanya, tapi karena kebijakan-kebijakan pemerintah yang paradoksal, masyarakat menganggap Covid-19 sudah tidak berbahaya, bahkan sudah tidak ada,” jelasnya pada Kompas.com, Selasa (28/4/2021).

Baca juga: Kerumunan Pendukung Persija Sampai Libatkan Polisi, Kenapa Suporter Bola Kerap Bikin Rusuh?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com