Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/04/2021, 19:08 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Polusi plastik tidak hanya mengotori lautan, tetapi juga udara yang kita hirup. Bahkan, mikroplastik telah menjadi bagian dari siklus atmosfer Bumi.

Diungkapkan dalam studi baru yang dipublikasikan di jurnal PNAS, selama beberapa dekade, mikroplastik yang berukuran sangat kecil, kurang dari 5 milimeter atau bahkan hanya 10 nanometer, telah terlempar ke udara dari lautan dan jalanan.

Partikel-partikel yang sangat kecil ini kemudian terbawa angin ke berbagai benua dan mencapai lokasi-lokasi paling terpencil di Bumi.

Peneliti geologis Janice Brahney dari Utah State University mengatakan, plastik-plastik ini bukan baru dari tahun ini. Mereka berasal dari apa yang kita buang ke lingkungan selama beberapa dekade.

Brahney dan koleganya menemukan hal ini setelah mengumpulkan 313 sampel mikroplastik yang melayang di udara.

Baca juga: Mikroplastik dari Limbah Cucian Baju Mencemari Kutub Utara, Kok Bisa?

Pengumpulan sampel dilakukan antara Desember 2017 hingga Januari 2019 di 11 lokasi di bagian barat Amerika Serikat.

Dipaparkan oleh Brahney dan kolega, partikel plastik bisa ditemukan di semua lokasi yang mereka kunjungi, bahkan di tempat yang jarang ditinggali oleh manusia seperti taman nasional.

Sementara itu, konsentrasi plastik tertinggi ditemukan di atas lautan.

Hasil analisis terhadap sampel menunjukkan bahwa 84 persen plastik partikel berasal dari debu jalanan, 11 persen dari semburan laut, 5 persen dari tanah pertanian dan 0,4 persen berasal dari penduduk.

Ketika para peneliti memasukkan temuan ini ke pemodelan komputer, mereka lantas mendapati bahwa partikel plastik bisa bertahan di udara selama satu jam hingga seminggu.

Artinya, partikel plastik bahkan bisa menyeberangi benua ketika terbawa angin.

Tim peneliti pun mengungkapkan bahwa polusi mikroplastik tidak hanya terkonsentrasi di daerah-daerah padat penduduk, tetapi juga tersebar ke alam liar yang terpencil seperti Antartika.

Sebab, tempat-tempat terpencil ini "mengimpor" plastik yang berada di udara.

Baca juga: Pencemaran Lingkungan, Bahaya Mikroplastik Mulai Cemari Tubuh Manusia

"Menggunakan estimasi terbaik kami mengenai sumber plastik dan jalur transportasinya, kebanyakan benua adalah importir mikroplastik dari lingkungan lautan," ujar Natalie Mahowald dari Cornell University yang turut terlibat.

"Hal ini menggarisbawahi peran kumulatif dari polusi warisan beban plastik di atmosfer," imbuhnya.

Melihat hasil ini, tim peneliti mengusulkan studi lanjutan untuk mempelajari ke mana seluruh plastik berakhir dan bagaimana bisa tersebar ke seluruh dunia, sehingga memengaruhi ekosistem, alam liar, rantai makan dan kesehatan manusia.

Bisa berisiko tinggi bagi kesehatan manusia

Keberadaan plastik di udara sebetulnya telah lama menjadi kekhawatiran para ahli.

Kevin Luo, PhD dari Royal Institute of Technology pernah menulis mengenai hal ini di situs resmi World Economic Forum.

Dia menulis bahwa berdasarkan penelitian yang dipresentasikan pada 2018 di École Nationales des Ponts et Chaussées, mikroplastik bisa ditemukan di udara luar dan dalam ruangan. Namun, rupanya konsentrasi mikroplastik lebih tinggi di dalam ruangan.

Pasalnya, rumah manusia dipenuhi oleh objek-objek yang terbuat dari plastik, mulai dari mainan, furnitur, sikat gigi, pakaian hingga pembersih tubuh.

Ketika benda-benda ini bergesekan, terpapar panas atau cahaya, serat mikroplastik bisa terlepas ke air dan udara.

Baca juga: Mikroplastik Ditemukan dalam Plasenta Ibu Hamil, Kok Bisa?

Masalahnya, seperti diungkapkan oleh Luo dan para peneliti seperti Brahney dan Mahowald, masih belum diketahui dengan pasti seluruh dampak dari menghirup mikroplastik.

Akan tetapi berdasarkan penelitian yang ada saat ini, mikroplastik bisa menyebabkan luka pada sistem pernapasan ketika masuk ke dalam paru-paru.

Ketika ukurannya cukup kecil, mikroplastik juga bisa masuk ke aliran darah menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskular dan cerebrovaskular, kanker serta memengaruhi sistem imunitas dan saraf manusia.

Lebih lanjut, Luo menulis, mikroplastik yang melayang di udara bisa membawa polutan beracun lainnya, seperti bakteri hingga emisi kendaraan, ke aliran darah dari paru-paru.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Oh Begitu
Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Fenomena
Mengatasi Polusi Udara Dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara Dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Kita
Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Oh Begitu
Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Fenomena
Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Fenomena
Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Oh Begitu
Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Oh Begitu
Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com