Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Puncak Hujan Meteor Gamma Normid | Misteri Komputer Analog Berusia 2.000 Tahun

Kompas.com - 15/03/2021, 09:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Di akhir pekan kemarin, jadwal puncak hujan meteor Gamma Normid menjadi salah satu berita populer Sains Kompas.com.

Selain hujan meteor, ilmuwan juga berhasil memecahkan misteri cara kerja analog tertua berusia 2.000 tahun.

Analog tertua ini adalah peninggalan Yunani kuno bertenaga tangan yang kemungkinan digunakan untuk memprediksi gerhana dan peristiwa astronomi lainnya.

Berita populer lainnya, ilmuwan Indonesia mengatakan bahwa varian baru virus corona N439K yang disebut lebih pintar ternyata sudah masuk Indonesia sejak November 2020.

Baca juga: [POPULER SAINS] Timbunan Sampah di Bulan | Cara Varian N439K Lebih Menular dan Kebal Vaksin Covid-19

Berikut ulasan berita populer Sains edisi Minggu, 14 Maret 2021.

1. Puncak hujan meteor Gamma Normid

Puncak hujan meteor selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi para penyuka pemandangan fenomena langit.

Nah, malam ini tepatnya 14-15 Maret 2021 ini akan ada hujan meteor yang mengalami periode puncaknya, yaitu puncak hujan meteor Gamma Normid.

Gamma Normid adalah hujan meteor yang titik radian (titik awal kemunculan hujan meteor) terletak di konstelasi Norma, di antaranya kontelasi Scorplus dan Centaurus.

Hujan meteor ini aktif sejak 25 Februari hingga 28 Maret, dan puncaknya akan terjadi pada 14 Maret 2021, pukul 23.00 WIB atau 15 Maret pukul 00.00 Wita, 01.00 WIT.

Jika Anda ingin mengamati fenomena ini, maka sebagai informasi Anda dapat menyaksikannya sejak pukul 21.45 waktu setempat dari arah tenggara.

Baca fenomena menarik lainnya di sini:

Jangan Lewatkan, Puncak Hujan Meteor Gamma Normid Mulai Malam Ini

2. Cara kerja komputer analog berusia 2.000 tahun

Alat mekanis berusia 2.000 tahun yang seringkali disebut sebagai "komputer" tertua di dunia telah diciptakan kembali oleh para ilmuwan yang mencoba memahami cara kerjanya.

Perangkat Antikythera telah mencengangkan para ahli sejak ditemukan di bangkai kapal era Romawi di Yunani pada 1901.

Piranti peninggalan Yunani Kuno bertenaga tangan ini diperkirakan digunakan untuk memprediksi gerhana dan peristiwa astronomi lainnya.

Namun demikian hanya sepertiga dari alat ini yang tidak rusak, membuat para peneliti memikirkan cara kerjanya dan seperti apa tampilannya.

Bagian belakang perangkat ini telah dipecahkan dalam penelitian sebelumnya, tetapi sistem roda gigi yang kompleks di bagian depannya tetap menjadi misteri.

Para ilmuwan dari University College London (UCL) meyakini bahwa mereka akhirnya mampu memecahkan teka-teki itu dengan menggunakan pemodelan komputer tiga dimensi.

Mereka menciptakan ulang seluruh panel bagian depan, dan saat ini berharap untuk dapat merekonstruksi tiruan Antikythera dalam skala penuh dengan menggunakan material modern.

Pada hari Jumat, sebuah makalah yang diterbitkan di Scientific Reports mengungkapkan tampilan baru sistem roda gigi yang menunjukkan detail halus dan bagian-bagian rumitnya.

Baca selengkapnya di sini:

Misteri Cara Kerja Komputer Analog Berusia 2.000 Tahun Terungkap

3. Varian N439K masuk Indonesia November 2020

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya mutasi virus corona yang ditemukan di Inggris dan sudah masuk di Indonesia, yaitu N439K.

Daeng mengatakan, varian virus corona N439K sudah ditemukan di 30 negara dan lebih "pintar" dari virus corona yang ada sebelumnya.

Mutasi N439K untuk pertama kali terdeteksi di Skotlandia pada Maret 2020 dan sejak itu, garis keturunan kedua (B.1.258) telah muncul secara independen di negara-negara Eropa lainnya.

Di mana pada Januari 2021, terdeteksi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Prof dr Amin Soebandrio PhD selaku Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute menyampaikan, bahwa varian baru virus corona N439K sudah memasuki Indonesia sejak tahun 2020 lalu.

"Bukan baru sekali (varian N439K ini), tapi sudah ditemukan, sudah ada sejak November 2020 lalu," kata Amin kepada Kompas.com, Sabtu (13/3/2021).

Dijelaskan Prof Amin bahwa varian N439K ini terdeteksi oleh para peneliti Indonesia saat melakukan genome sequencing atau pengurutan genom virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

"Ada 48 isolate di antara 537 genom yang baru diketahui (di Indonesia)," ujarnya.

Selengkapnya baca di sini:

Ahli Ungkap Varian Baru Corona N439K Sudah Masuk Indonesia sejak November 2020

Ilustrasi vaksin Covid-19 Janssen yang diproduksi Johnson & Johnson. Vaksin dosis tunggal ini dapat izin penggunaan darurat WHO.SHUTTERSTOCK/Carlos l Vives Ilustrasi vaksin Covid-19 Janssen yang diproduksi Johnson & Johnson. Vaksin dosis tunggal ini dapat izin penggunaan darurat WHO.

4. Vaksin Johnson & Johnson disetujui WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 dosis tunggal yang dibuat Johnson & Johnson pada Jumat (12/3/2021).

Vaksin ini menambahkan opsi dosis tunggal pertama ke gudang senjata global WHO untuk melawan pandemi Covid-19.

Vaksin ini pun disebut memenuhi syarat untuk didistribusikan ke banyak negara melalui Covax, sebuah inisiatif WHO untuk memastikan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki akses mendapat vaksin.

Banyak dari negara miskin dan berkembang yang baru memulai kampanye vaksinasi mereka.

Dilansir New York Times, Sabtu (13/3/2021), Selain memberikan perlindungan yang kuat terhadap Covid-19 yang parah dan kematian dengan sekali suntikan, vaksin tersebut dapat disimpan selama tiga bulan pada suhu lemari es.

“Saat vaksin baru tersedia, kami harus memastikan mereka menjadi bagian dari solusi global dan membantu banyak negara tertinggal mendapat vaksin," kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengatakan dalam sebuah penjelasan pada hari Jumat.

Baca keefektifan hingga efek samping vaksin Janssen di sini:

Vaksin Dosis Tunggal Johnson & Johnson Disetujui WHO, Efektif 66 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com