Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Varian Baru Corona N439K Jadi Lebih Menular dan Kebal Vaksin Covid-19

Kompas.com - 13/03/2021, 10:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo, mengatakan bahwa varian baru virus corona N439K relatif lebih mudah menular dan ada kemungkinan bisa lolos (kebal) dari antibodi vaksin Covid-19 yang ada saat ini.

"Ada kemungkinan varian ini (N439K) ini bisa lolos dari sebagian antibodi paska vaksin, maka pemerintah perlu perkuat kontak telusur yaitu T kedua (tracing) dari 3T," kata Ahmad kepada Kompas.com, Jumat (12/3/2021).

Untuk diketahui, sebelumnya Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya mutasi virus corona N439K.

"Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B.1.1.7 dan di dunia telah terdapat varian baru lagi yang berkembang ditemukan di lnggris (Raya) yakni N439K," kata Daeng dalam keterangan tertulis, Rabu (10/3/2021).

Baca juga: Pesan Penting di Balik Munculnya Mutasi Virus Corona B.1.1.7 di Indonesia

Daeng mengatakan, varian virus corona N439K sudah ditemukan di 30 negara dan lebih "pintar" dari virus corona yang ada sebelumnya. 

"Varian N439K ini yang sudah lebih di 30 negara ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujarnya.

Ahmad juga sependapat. Kendati tidak memiliki ciri khas dalam dampak gejala infeksinya, diketahui bahwa mutasi yang pertama kali terdeteksi di Skotlandia ini relatif lebih mudah menular.

"Memang (varian N439K) relatif lebih mudah menular, sehingga jumlah yang sakit bisa lebih banyak," jelas Ahmad.

Cara N493K jadi lebih pintar

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell pernah mengungkapkan detail unik dari mutasi N493K yang membuatnya jadi lebih pintar.

Dilansir dari EurekAlert.org, Kamis (28/1/2021), para peneliti internasional dalam studi tersebut menyebutkan bahwa di antara banyaknya mutasi yang saat ini menjadi sorotan para ahli, mutasi N439K adalah mutasi paling umum kedua di bagian receptor binding domain (RBD).

Hasil analisis struktural terhadap mutasi ini menunjukkan bahwa ia memiliki interaksi tambahan antara virus dengan reseptor ACE2.

Untuk diketahui, RBD adalah bagian penting dari virus yang terletak di domain "spike" yang memungkinkannya berlabuh ke reseptor tubuh ACE2 untuk masuk ke dalam sel dan menyebabkan infeksi.

Baca juga: 6 Fakta Varian N439K, Lebih Pintar hingga Kebal Antibodi Vaksin Corona

Para peneliti memaparkan, perubahan asam amino tunggal (asparagin menjadi lisin) memungkinkan pembentukan titik kontak baru dengan reseptor ACE2, sejalan dengan peningkatan dua kali lipat dalam afinitas pengikatan.

"Oleh karena itu, mutasi meningkatkan interaksi dengan reseptor virus ACE2, dan menghindari imunitas yang dimediasi oleh antibodi," lanjut mereka.

Para peneliti menemukan hal ini setelah menganalisis pengikatan pada lebih dari 440 sampel serum poliklonal dan lebih dari 140 antibodi monoklonal pasien yang pulih.

Mereka menemukan bahwa pengikatan proporsi antibodi monoklonal dan sampel serum secara signifikan berkurang akibat N439K.

Lebih buruknya lagi, mutasi N439K juga ditemukan memungkinkan pseudovirus untuk menolak netralisasi oleh antibodi monoklonal yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk digunakan secara darurat bagi pasien Covid-19.

Baca juga: Fakta Mutasi Virus Corona B.1.1.7 di Indonesia, dari Penyebaran, Gejala, hingga Pencegahannya

Cara mengatasi dan menghindari varian N439K

Salah satu cara yang mungkin bisa mengatasi hal ini, kata para peneliti, adalah penggunaan antibodi yang menargetkan bagian terkhusus di RBD.

Sementara itu, Ahmad mengingatkan supaya menghindari infeksi Covid-19 itu sendiri, baik itu varian-varian mutasi baru maupun yang belum termutasi sekalipun.

Oleh karena itu, perlu adanya pengetatan protokol kesehatan berupa 5M dan penerapan ventilasi-durasi-jarak (VDJ).

Masyarakat diminta untuk menghindari aktivitas di ruang tertutup ber-AC dalam durasi atau waktu yang lama. Sebab, ventilasi udara di ruangan AC dianggap buruk karena virus hanya berputar di dalam ruangan tersebut.

Namun, jika terpaksa berada di ruangan tertutup dengan AC maka jangan lupa untuk tetap menjaga jarak aman, serta menggunakan masker dengan baik dan benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com