Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minum Obat Jangka Panjang Tak Sebabkan Penyakit Ginjal, Begini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 10/03/2021, 17:30 WIB
Dea Syifa Ananda,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak persepsi masyarakat yang menyatakan, bahwa mengonsumsi obat-obatan jangka panjang untuk mengontrol penyakit, dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit ginjal.

Alasan itu menyebabkan, banyak orang akhirnya menjadi enggan meminum obat karena alasan tersebut.

Padahal, persepsi ini belum tentu benar lho. Penyakit ginjal sendiri mempunyai dua penyakit pemicu yang paling umum terjadi di Indonesia antara lain hipertensi dan diabetes.

Baca juga: 6 Mitos Transplantasi Ginjal yang Jangan Dipercaya Lagi, Ini Faktanya

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia, dr.Aida Lydia, PhD menjelaskan hal ini dalam webinar dalam rangka memperingati Hari Ginjal Sedunia 2021 yang diselenggarakan World Kidney Day bertajuk ‘Living Well with Kidney Disease’, Rabu (10/3/2021).

Dr. Aida mengatakan, bahwa banyak persepsi di masyarakat yang salah tentang dua penyakit penyebab gagal ginjal, yaitu hipertensi dan diabetes.

Ia menegaskan jika memiliki penyakit tersebut, salah satu penanganannya adalah dengan konsumsi obat teratur di samping melakukan diet.

"Tujuannya adalah agar gula darah dan tekanan darah terkontrol sepanjang waktu, dengan demikian mencegah komplikasi ke organ lain, termasuk ginjal," jelas Aida.

Sayangnya, masih banyak orang menganggap bahwa tekanan darah dan gula darah tak perlu diperiksa secara berkala dan minum obat terus-menerus dapat merusak ginjal, karena mengandung bahan kimia.

"Itu semua persepsi yang salah dan harus diluruskan," tegas Aida.

Lebih lanjut Aida menerangkan, persepsi yang betul adalah obat hipertensi dan diabetes tidak merusak ginjal. Melainkan penyakit itu sendiri yang menjadi pemicunya, bukan obatnya.

Hipertensi dan diabetes adalah penyakit yang harus selalu dikontrol. Selain dengan pola hidup sehat dan menjaga diet yang dianjurkan dokter, pasien juga harus minum obat jika diperlukan.

"Obat-obatan hipertensi dan diabetes yang diberikan oleh dokter itu dipastikan aman," lanjutnya.

Hal ini juga berlaku untuk obat-obatan lain. Dokter akan memberikan dosis yang tepat untuk setiap kebutuhan dan sudah ditimbang manfaat dan risiko dari obat tersebut.

Baca juga: Penyakit Ginjal di Indonesia Meningkat 2 Kali Lipat, Bisakah Dicegah?

Ilustrasi ginjal, penyakit ginjal, kanker ginjalShutterstock Ilustrasi ginjal, penyakit ginjal, kanker ginjal

Ia menegaskan, meski ada obat yang bisa nerusak ginjal, tidak semua obat demikian.

Sebagai contoh misalnya obat penghilang nyeri. Jika mengonsumsi obat tersebut terus-menerus tanpa ada panduan dari dokter, maka dapat menyebabkan gangguan ginjal.

Selain hipertensi dan diabetes, pemicu gangguan ginjal lainnya adalah karena penyakit obesitas, ginjal diabetik, glomerulonefritis, obstruksi Infeksi, ginjal polikistik, nefropati urat, dan lain-lain.

"Maka dari itu, edukasi mengenai faktor risiko penyakit ginjal dan bagaimana mencegah dan mengobatinya sangat penting untuk disosialisasikan secara luas," kata Aida.

Upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit ginjal dinilai menjadi amat penting untuk digalakkan. 

"Bagaimana pun melakukan pencegahan lebih baik dari pengobatan. Diagnosis dini, mengendalikan faktor risiko PGK seperti hipertensi, diabetes dan lainnya memegang peranan penting untuk mencegah kerusakan ginjal dan menjaga kualitas hidup," pungkasnya.

Baca juga: 3 Jenis Obat dan Suplemen yang Berbahaya untuk Ginjal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com