Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teka-teki Kumbang Bercahaya, Fosil 99 Juta Tahun Ini Beri Petunjuknya

Kompas.com - 26/01/2021, 12:03 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber CNN


KOMPAS.com- Kumbang bercahaya telah lama memukau para ilmuwan, tetapi sedikit yang mengetahui bagaimana hewan-hewan ini mendapatkan kemampuannya.

Namun kini teki-teki dari mana asal kemampuan itu mulai terkuak.

Seperti dikutip dari CNN, Senin (25/1/2020) misteri tersebut terungkap setelah peneliti menemukan fosil seekor kumbang berusia 99 juta tahun.

Kumbang yang dikenal dengan nama latin Cretophengodes itu menurut peneliti mampu membuka sepotong teka-teki evolusi kumbang.

Saat ditemukan, kumbang purba itu terjebak di sepotong batu amber di Myanmar utara. Lokasi ini memang penuh dengan kehidupan serangga selama periode Cretaceous.

Baca juga: Apa Rahasia Ironclad, Si Kumbang Super yang Tak Mati Terlindas Mobil

 

"Kami bahkan memiliki catatan sisa-sisa dinosaurus dari batu amber yang sama," kata Chenyang Cai, penulis studi dan juga profesor di Institut Geologi dan Paleontologi Nanjing, Akademi Pengetahuan China, Beijing.

Setelah dianalisis, antena kumbang purba memiliki 12 segmen yang bercabang.

Akan tetapi, ada hal lain yang menarik perhatian, Cai menemukan pula organ cahaya yang terletak di bagian perutnya.

Organ itu memberi kemampuan bioluminesensi pada kumbang atau kemampuan bagi organisme hidup untuk menghasilkan cahaya.

Baca juga: Ahli Ciptakan Kamera Super Mini untuk Kumbang, Ini Tujuannya

 

 

Kumbang purba tersebut merupakan bagian dari superfamili Elateroidea, yang juga satu kelompok dengan serangga zaman modern seperti kunang-kunang dan cacing pendar.

Peneliti juga menyebut Cretophengodes merupakan salah satu kumbang dengan bioluminesensi tertua yang pernah ditemukan.

Temuan ini pun memberikan wawasan pada peneliti mengenai evolusi awal dari superfamili itu.

Meski belum diketahui pasti mengapa kumbang bisa bercahaya, tetapi peneliti berspekulasi bahwa fungsi itu digunakan sebagai mekanisme pertahanan.

Baca juga: Lolos dari Maut, Kumbang Ini Bertahan Hidup meski Telah Dimakan Katak

 

Saat ini beberapa larva kumbang muda dalam superfamili yang sama telah menggunakan cahaya untuk melindungi dari predator.

Sementara kumbang dewasa diketahui menggunakan kemampuan cahayanya untuk menarik pasangan.

Peneliti lain yang terlibat dalam studi yang telah dipublikasikan di jurnal The Royal Society ini, Erik Tihelka mengungkapkan jika ia ingin meneliti predator apa yang mendorong evolusi bioluminesensi pada kumbang di periode Cretaceous.

Hipotesisnya sendiri menurut Tihelka, melibatkan dinosaurus dan hewan penggali yang mencari makan di hutan.

Baca juga: Sulawesi, Rumah Kumbang Yoda Star Wars dan 100 Spesies Baru Lainnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com