Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekor Suhu Terpanas Bumi Tahun 2020 Lampaui 2016, Begini Analisis NASA

Kompas.com - 16/01/2021, 19:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Space

 

Fenomena kebakaran hutan ini menghidupkan kembali sesuatu yang dikenal sebagai "kebakaran zombi", yang diamati di Kutub Utara pada tahun 2019.

Kebakaran zombi dapat terjadi ketika api membakar di daerah dengan lapisan es, atau tanah kaya karbon yang dapat tetap membeku sepanjang tahun.

Kebakaran ini bisa membakar begitu kuat ke lapisan permafrost, sehingga bisa bertahan bahkan melalui musim dingin di bawah selimut salju, hanya untuk disingkapkan di musim semi.

Selain itu, kebakaran hutan berbahaya lainnya terjadi pada tahun 2020, karena perubahan iklim terus memperpanjang musim kebakaran dengan vegetasi lokal yang mengering pada suhu yang lebih tinggi.

Baca juga: 2020 Baru Dimulai dan Bumi Cetak Rekor Suhu Terpanas, Ini Sebabnya

 

Menurut pernyataan NASA, lebih dari 20 persen bioma hutan beriklim sedang di Australia terbakar pada tahun 2019.

Benua Kangguru itu juga mengalami badai petir pyrocumulonimbus yang disebabkan oleh api, didukung oleh awan yang terbentuk di atas api. Gumpalan asap dari kebakaran ini mencapai jarak 30 kilometer ke stratosfer.

Akibat bencana alam yang menghancurkan seperti ini terus berlanjut seiring dengan meningkatnya suhu, pencairan es di seluruh dunia terus menambah kenaikan permukaan laut dan konsekuensi iklim lainnya.

Baca juga: Diprediksi, 2020 Menjadi Tahun Terpanas dalam Satu Dekade Terakhir

 

NASA mengatakan meskipun tahun 2020 tidak mencatat rekor apa pun dalam hal kehilangan es di laut atau di darat, Bumi terus kehilangan sekitar 13,1 persen es laut Arktik berdasarkan wilayah setiap dekade.

Kendati perhitungan NASA mematok tahun 2020 secara efektif terikat dengan 2016 untuk tahun terpanas dalam catatan iklim, namun analisis oleh para peneliti dengan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS menunjukkan bahwa tahun 2020 sebenarnya sedikit lebih dingin daripada 2016.

"Pada dasarnya kita semua menggunakan data (suhu terpanas 2020) mentah yang sama. Tim yang berbeda hanya menyatukannya sedikit berbeda," kata Schmidt.

Baca juga: Pemanasan Global, 2019 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com