Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Jaya Papua, Gletser Terakhir di Asia yang Diprediksi Punah Tahun Depan

Kompas.com - 05/12/2020, 18:33 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

"Kami menyebutnya pelelehan basal, mencair dari dasar. Saat daerah yang lebih gelap di sekitar gletser membesar, maka gletser akan menyerap lebih banyak radiasi matahari, sehingga semakin hangat," jelas Dr Donaldi.

Lebih lanjut dia menjelaskan, tak hanya itu saja, tanah di mana gletser berada tidak datar, sehingga es dapat meluncur ke bawah lebih cepat.

Proses mencairnya es yang cepat tersebut terlihat dari data grafis penyusutan luasan wilayah gletser dari tahun 1850-2018.

  • Tahun 1850: luas gletser 19,3 km2
  • Tahun 1972: luas gletser 7,3 km2
  • Tahun 2018: luas gletser 0,5 km2

Para ilmuwan memperkirakan bahwa gletser Puncak Jaya akan benar-benar menghilang pada tahun 2026, tetapi diprediksi kemungkinan bisa punah atau menghilang pada tahun 2021. Ini menjadi petunjuk penting bagaimana perubahan iklim Bumi semakin dekat.

Baca juga: Antartika Mendekati Kiamat Gletser, Ilmuwan Jelaskan Penyebabnya

 

Usia gletser Papua

Untuk diketahui, bahwa gletser Papua di Taman Nasional Lorentz adalah satu dari tiga gletser tropis yang tersisa di Bumi.

Gletser tropis di pegunungan Andes di Peru dan beberapa gunung yang tersebar di benua Afrika, luasannya juga semakin menyusut.

Akan tetapi, karena Puncak Jaya adalah yang paling rendah dibandingkan gletser tropis lainnya, maka kemungkinan akan menjadi yang pertama menghilang dari planet ini.

Setiap gletser memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Saat musim kemarau di Afrika dan Amerika Selatan, debu dikumpulkan oleh hujan dan akhirnya berubah menjadi salju.

Baca juga: Gletser Himalaya Mencair, 800 Juta Orang di Asia Terancam

 

Apabila lapisan gletser diiris seperti kue, maka akan terlihat lapisan debu yang terkumpul tahunan dan ini bisa digunakan untuk menghitung usia gletser tersebut.

"Inti es Peru berumur sekitar 1.800 tahun, dan Afrika bisa kembali ke 11.000 tahun yang lalu. Tapi (gletser) Papua, karena selalu hujan, kita tidak bisa menghitungnya (usia) dengan mudah," kata Dr Donaldi.

Dr Donaldi akhirnya mencoba mengekstraksi inti es dari gletser Papua yang dilakukannya pada tahun 2010 lalu. Lapisan es sepanjang 32 meter dibor sampai ke dasar.

"Tadinya, kami pikir bisa menemukan fosil daun atau serangga untuk menghitung usianya. Tetapi kami hanya menemukan satu indikator waktu," ungkap Dr Donaldi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com