Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Lahir dengan Antibodi Covid-19, Terjadi Juga di China dan Italia

Kompas.com - 30/11/2020, 20:04 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Durasi kekebalan pada bayi

Para peneliti di China juga melaporkan deteksi dan penurunan antibodi dari sindrom pernapasan akut parah akibat infeksi virus corona pada bayi yang lahir dari ibu positif Covid-19.

Di antara 11 bayi yang dites setelah dilahirkan, semuanya terdeteksi memiliki IgG dan 5 bayi memiliki IgM. Titer IgG dengan IgM positif menurun lebih lambat dibandingkan dengan yang tidak.

Seperti dipublikasikan dalam jurnal National Center for Biotechnology Information (NCBI), kendati diagnosis Covid-19 lebih efisien menggunakan RT-PCR, namun tes ini ternyata juga efektif mendeteksi IgG dan IgM.

Pada orang dewasa dengan Covid-19, IgG dan IgM muncul sekitar 13 hari setelah terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. Diketahui juga kadar IgM bertahan 4 minggu dan berangsur menurun.

Baca juga: Kasus Pertama Bayi di Perancis Terinfeksi Covid-19 di Dalam Rahim

Kendati IgG bertahan untuk waktu yang lebih lama, namun hanya 19,5 persen pasien yang mengalami peningkatan titer, 4 kali lipat selama masa penyembuhan.

"Namun, sepengetahuan kami, persistensi antibodi pada bayi yang lahir dari ibu positif Covid-19 belum pernah dilaporkan," tulis peneliti dalam studi terhadap pasien di Wuhan, China.

IgM adalah isotipe antibodi yang awalnya diproduksi dalam respons imun dan kelas imunoglobulin pertama yang disintesis oleh janin atau bayi.

Peneliti mengungkapkan bahwa IgM ibu tidak melewati penghalang plasenta secara utuh. Oleh karena itu, IgM positif pada bayi awal merupakan bukti potensial dari penularan vertikal intrauterine.

Baca juga: Bayi Usia 30 Jam Jadi Pasien Termuda Virus Corona

Meskipun IgG ditransfer secara pasif dari ibu ke janin melalui plasenta, namun durasi imunitas pasif dari IgG ibu masih belum jelas.

Peneliti menyimpulkan bahwa lima dari 11 bayi memiliki seropositif untuk IgM saat lahir, namun temuan itu tidak cukup mengkonfirmasi penularan vertikal SARS-CoV-2 tanpa pengujian asam nukleat positif. Selain itu, penelitian ini juga masih terbatas pada jumlah subjek yang diteliti.

"Kami masih belum memiliki korelasi imunitas. Misalnya, kami tidak tahu persis tingkat titer antibodi apa yang dianggap protektif terhadap infeksi, dan apakah bayi yang dites positif dengan PCR saat lahir memiliki kadar IgM atau IgG yang lebih tinggi masih harus dilihat," jelas peneliti.

Lebih lanjut peneliti mengatakan diperlukan lebih banyak pekerjaan untuk memahami kekebalan SARS-CoV-2 pada bayi. Sebab, temuan semacam itu kemungkinan dapat berimplikasi pada upaya vaksinasi yang potensial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com