Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Kekebalan terhadap Virus Corona Bertahan hingga Puluhan Tahun?

Kompas.com - 23/11/2020, 07:15 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Para peneliti menilai semua sel kekebalan dan antibodi ini pada 185 orang yang telah pulih dari Covid-19.

Sejumlah kecil peserta tidak pernah mengalami gejala penyakit, tetapi sebagian besar mengalami infeksi ringan yang tidak memerlukan rawat inap. Dan 7% dari peserta dirawat di rumah sakit, karena gejala parah.

Mayoritas peserta memberikan satu sampel darah, antara enam hari dan delapan bulan setelah permulaan infeksi mereka.

Tiga puluh delapan peserta memberikan beberapa sampel darah di antara waktu tersebut, sehingga memungkinkan penulis untuk melacak respons kekebalan mereka sepanjang waktu.

Peneliti menemukan bahwa antibodi khusus untuk protein spike atau protein lonjakan - struktur pada permukaan virus - tetap stabil selama berbulan-bulan dan mulai berkurang sekitar enam hingga delapan bulan setelah infeksi. Pada lima bulan pasca infeksi, hampir semua peserta masih membawa antibodi.

Baca juga: Apakah Mungkin Akan Ada Lebih dari 1 Vaksin Virus Corona Covid-19?

Volume antibodi ini sangat berbeda antar manusia, dengan perbedaan hingga 200 kali lipat antar individu.

“Jumlah antibodi biasanya turun setelah infeksi akut, jadi penurunan sederhana pada enam hingga delapan bulan tidak mengejutkan,” kata Vabret.

Sebagai perbandingan, memori sel T dan B yang mengenali virus tampak sangat stabil, kata para penulis.

"Pada dasarnya tidak ada ada kerusakan pada sel B memori yang diamati antara hari ke 50 hingga 240, tapi tampak ada kerusakan pada sel T memori. Meski demikian, kerusakannya sangat lambat,"jelas Marc Jenkins, seorang ahli imunologi di Sekolah Kedokteran Universitas Minnesota, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Pada awal pandemi, para ilmuwan sempat menyuarakan keprihatinan bahwa kekebalan terhadap virus dapat hilang dalam waktu sekitar satu tahun; dengan melihat tren empat virus corona yang menyebabkan flu biasa.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa reaksi tubuh terhadap virus corona biasa kemungkinan berbeda dari reaksi terhadap virus seperti SAR-CoV dan SARS-CoV-2, yang berpindah dari hewan ke manusia.

"Kami tidak yakin mengapa virus corona musiman tidak menyebabkan kekebalan pelindung yang bertahan lama," kata Vabret.

“Tetapi studi baru, bersama dengan bukti terbaru lainnya, menunjukkan bahwa kekebalan SARS-CoV-2 mungkin lebih kuat,” kata Jason Cyster, profesor mikrobiologi dan imunologi di University of California, San Francisco, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Baca juga: Studi Baru Temukan Melatonin Berpotensi Mengobati Virus Corona

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com