Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar PBB: Mencegah Pandemi Lebih Murah dibanding Sembuhkan Penyakit

Kompas.com - 01/11/2020, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Penyakit-penyakit ini "tumpah" – melompat dari satu spesies ke spesies lain – saat terjadi kontak antara hewan liar, hewan ternak, dan manusia.

Laporan itu mengatakan mamalia dan burung diperkirakan membawa lebih dari satu juta virus yang belum diketahui.

Laporan itu merekomendasikan:

  • Pembentukan panel untuk pencegahan pandemi yang terdiri dari para pakar, seperti halnya panel perubahan iklim dunia;
  • Perjanjian internasional untuk membangun kesiapan, meningkatkan upaya pencegahan, dan mengendalikan wabah;
  • Pendekatan umum dalam menilai proyek penggunaan lahan yang bisa mengekspos manusia ke virus hewan.

Dokumen itu mengatakan: "Pandemi menjadi semakin sering. Tanpa strategi pencegahan, mereka akan muncul lebih sering, menyebar lebih cepat, membunuh lebih banyak orang, dan memengaruhi ekonomi global dengan dampak yang lebih merusak."

Ia mengkritik strategi saat ini yang mengandalkan vaksin baru untuk merespons penyakit setelah mereka muncul.

"Covid-19 menunjukkan bahwa ini jalan yang lambat dan tidak pasti, sementara ongkos manusia terus menumpuk dalam bentuk kehilangan nyawa, penderitaan sakit, ambruknya ekonomi, dan kehilangan mata pencaharian," kata para penulisnya.

Para penulis mengidentifikasi hal-hal yang mendorong pandemi, termasuk ekspansi dan intensifikasi pertanian, perdagangan hewan liar, konsumsi hewan liar, dan perjalanan global.

Rekomendasi untuk mengurangi konsumsi daging hewan ternak dan hewan liar - terutama dari hotspot munculnya penyakit - bisa jadi menghadapi penolakan dari negara-negara seperti Brasil.

Peternakan dan produksi pakan hewan berkontribusi cukup banyak pada ekonomi negara di Amerika Selatan itu.

Akan tetapi laporan lain telah memperingatkan bahwa mengurangi makan daging juga akan melindungi alam, meningkatkan kesehatan manusia, dan melawan perubahan iklim.

Para penulis mengatakan pemanasan iklim punya andil dalam kemunculan penyakit, contohnya tick-borne encephalitis, radang otak yang disebabkan oleh virus yang dibawa kutu.

Mereka mengatakan risiko penyakit di masa depan bisa meningkat bila terjadi pergerakan manusia, kehidupan liar, dan patogen dengan cara yang mengakibatkan kontak baru antar spesies.

Profesor Matthew Baylis dan Universitas Liverpool, yang tidak terlibat dalam laporan baru ini, berkata kepada BBC News bahwa memperlambat degradasi lahan alami akan sama sulitnya bagi politikus dan masyarakat dengan mencegah perubahan iklim.

Rumah-rumah di desa Bedono, Demak, Jawa Tengah yang tenggelam karena banjir rob yang terus melanda. Getty Images/Ulet Ifansasti Rumah-rumah di desa Bedono, Demak, Jawa Tengah yang tenggelam karena banjir rob yang terus melanda.

"Akan tetapi ongkos manusia, sosial, dan ekonomi yang sangat besar dari pandemi Covid-19 menjadi argumen yang kuat untuk tindakan global. Salah satu bonusnya ialah tindakan ini juga bisa berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim (dengan menjaga lahan alami)".

Pasti akan ada banyak pertanyaan tentang angka-angka dalam laporan ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com