Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Mana Planet Jupiter dan Saturnus Dilahirkan?

Kompas.com - 30/10/2020, 20:02 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Bagaimana tata surya ini terbentuk? Itu adalah teka-teki menarik yang terus dipelajari para ilmuwan di dunia.

Sebuah studi baru memberikan kita pemahaman tentang arsitektur tata surya, termasuk tentang bagaimana planet terbentuk.

Dilansir dari Phys, Jumat (30/10/2020), studi yang dipimpin oleh Matt Clement dari Carnegie mengungkapkan kemungkinan lokasi asli planet Saturnus dan Jupiter. 

Penemuan ini memberi pemahaman baru dari arsitektur tata surya kita yang tidak biasa ini.

Di mana pelepasan planet tambahan antara Saturnus dan Uranus, selanjutnya memastikan bahwa hanya planet berbatu seperti Bumi yang terbentuk di dalam Jupiter.

Baca juga: Mulai Malam Ini, Tripel Konjungsi Bulan-Jupiter-Saturnus di Indonesia

 

Saat matahari masih sangat muda, bintang ini dikelilingi oleh gas dan debu dari planet yang dilahirkan. Orbit planet pada awal terbentuk dianggap padat dan melingkar.

Akan tetapi, interaksi gravitasi antara objek yang lebih besar mengganggu pengaturan dan menyebabkan bayi planet raksasa dengan cepat berubah, menciptakan konfigurasi yang kita lihat sekarang.

"Kami sekarang tahu bahwa ada ribuan sistem planet di galaksi Bima Sakti kita saja," kata Clement.

Kendati demikian, lanjut dia, ternyata penataan planet di tata surya kita sangat tidak biasa. Peneliti kemudian menggunakan model untuk merekayasa balik dan mereplikasi proses formatifnya.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Apakah Bulan juga Termasuk Planet?

 

 

"Ini seperti mencoba mencari tahu apa yang terjadi dalam tabrakan mobil setelah kecelakaan mobil. Faktanya, seberapa cepat mobil-mobil itu melaju, ke arah mana, dan seterusnya," jelas Clement.

Studi ini telah dilakukan Clement dan rekan penulisnya, John Chambers dari Carnegie, Sean Raymond dari University of Bordeaux, Nathan Kaib dari University of Oklahoma, Rogerio Deienno dari Southwest Research Institute, dan Andre Izidoro dari Rice University.

Tim tersebut telah melakukan 6.000 simulasi evolusi tata surya, mengungkapkan detail tak terduga tentang hubungan asli Jupiter dan Saturnus.

Rupa Jupiter ditangkap wahana nirawak milik NASA, Juno, pada (12/9/2019). Lingkaran hitam itu adalah bayangan bulan Jupiter, Io. Rupa Jupiter ditangkap wahana nirawak milik NASA, Juno, pada (12/9/2019). Lingkaran hitam itu adalah bayangan bulan Jupiter, Io.

Peneliti menduga, pada masa pertumbuhannya, Jupiter diperkirakan mengorbit pada Matahari sebanyak tiga kali untuk setiap dua orbit yang diselesaikan Saturnus.

Namun, susunan ini tidak mampu menjelaskan secara pasti tentang konfigurasi planet raksasa yang kita lihat saat ini.

Dalam model yang digunakan tim ilmuwan ini, menunjukkan bahwa rasio dua orbit Jupiter dengan satu orbit Saturnus lebih konsisten menghasilkan hasil yang terlihat seperti arsitektur planet yang kita kenal.

"Ini menunjukkan bahwa meskipun tata surya kita sedikit aneh, tapi tidak selalu demikian," jelas Clement, yang mempresentasikan hasil kerja tim pada pertemuan virtual American Astronomical Society's Division for Planetary Sciences beberapa waktu lalu.

Baca juga: NASA Juno Ungkap Hujan Es Kaya Amonia, Petunjuk Baru Cuaca Planet Jupiter

 

Setelah menetapkan keefektifan model tersebut, maka studi ini dapat digunakan untuk membantu peneliti melihat pembentukan planet Bumi.

"Termasuk planet kita sendiri, dan mungkin menginformasikan kemampuan kita untuk mencari sistem serupa di tempat lain yang dapat memiliki potensi untuk menjadi tuan rumah kehidupan, " tutur Clement.

Tak hanya itu saja, model tersebut juga menunjukkan bahwa posisi Uranus dan Neptunus dibentuk oleh massa sabuk Kuiper.

Yakni pada wilayah es di tepi tata surya yang terdiri dari planet kerdil dan planetoid dengan Pluto sebagai anggota terbesar dan oleh planet raksasa es yang ditendang pada masa pertumbuhan tata surya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com