Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Librarysaurus

Kompas.com - 30/10/2020, 11:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada tiga bidang utama yang umumnya ada di setiap perpustakaan yaitu:

Pertama, koleksi. Dahulu prestise perpustakaan ditentukan oleh koleksi atau banyaknya sumber informasi (buku, majalah, dan lain-lain). Dengan adanya internet, hegemoni koleksi telah runtuh; yang diperlukan sekarang adalah konektivitas sehingga terjadilah demokratisasi informasi.

Seseorang bisa mengakses informasi dari pusat data atau pusat informasi mana saja tentang apa saja dan tidak tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Internet berkembang bukan saja menghubungkan data dan informasi tapi juga menghubungkan manusia, pengetahuan, dan intelegensi yang disebut dengan keterhubungan sosial (social connectivity).

Mungkin sekarang masih banyak orang yang belum paham dan belum bisa menggunakan big data untuk keperluan ilmiah, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, beberapa tahun lagi akan semudah kita menggunakan aplikasi.

Yang akan menjadi orientasi utama pusat data dan informasi, dokumentasi, dan perpustakaan bukan lagi bagaimana menyimpan sumber informasi, karena dengan cloud computing tidak perlu lagi ruangan. Orientasi akan bergeser kepada bagaimana cara mengelola data dan informasi secara efisien.

"Libraries are dying, but it’s not about the books," kata Simon Jenkins (2016). Buku yang dimaksud adalah buku dalam bentuk digital atau multimedia.

Perpustakaan yang akan terus bertahan adalah yang memiliki koleksi warisan budaya untuk kepentingan pelestarian dan legitimasi historis bagi eksisitensi bangsa. Jadi, perpustakaan akan berubah menjadi semacam “museum buku”. Dan ini tidak perlu berdiri sendiri, akan tetapi bisa bergabung atau dilebur dengan museum dan arsip menjadi institusi memori kolektif.

Kedua, layanan. Dengan adanya internet, layanan sudah banyak dilakukan secara online. Sekali lagi kebutuhan akan ruang atau gedung sudah tereduksi.

Era kenormalan baru yang mengutamakan social distancing, physical distancing, fleksibilitas, serta work from home ke depan akan menjadi gaya hidup. Layanan perpustakaan berupa layanan pembaca di tempat dan diseminasi informasi akan hilang. Layanan yang bersifat pasif dan interaktif ke depan akan bertransfomasi menjadi bersifat konsultatif.

Ketiga, program. Minimnya kreativitas dan inovasi menyebabkan banyaknya program perpustakaan yang bersinggungan dengan bidang pendidikan terutama dalam membangun budaya baca atau budaya literasi.

Sebagai contoh, Perpustakaan Nasional membuat gerakan pemasyarakat minat baca, Kemendikbud juga membuat program gerakan literasi nasional. Ini adalah program yang sama tapi dikerjakan oleh institusi yang berbeda. Kalau negara melakukan efisiensi, sudah tentu daya tawar perpustakaan akan kalah oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kalau tidak segera meninggalkan peran-peran tradisionalnya, tidak melakukan redefinisi dan reposisi, dan juga tidak melakukan pergeseran paradigma, maka perpustakaan dari berbagai jenisnya, akan segera berubah wujud menjadi librarysaurus dan harus rela memasuki peristirahatan terakhirnya di museum.

Termasuk Perpustakaan Nasional, gedung 24 lantai yang baru saja diresmikan dan dinobatkan menjadi gedung perpustakaan tertinggi di dunia itu mungkin saja akan berganti menjadi sentra start-up industri kreatif yang berbasis teknologi informasi.

Di era disrupsi seperti yang tengah terjadi sekarang ini, sejarah bukan lagi kelanjutan dari masa lalu, tapi bisa berubah dengan seketika. Dengan adanya cloud computing atau high performance computer, dan juga dengan hadirnya big data; maka informasi tidak lagi memerlukan ruang.

Dengan software, sistem informasi perpustakaan tidak perlu lagi banyak orang untuk processing sumber informasi (kalau masih ada). Dengan maraknya sistem aplikasi layanan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Jadi buat apa gedung perpustakaan yang besar dan tinggi itu?

Hendro Subagyo dan Suherman

Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah LIPI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com