Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19, Ini Tips Tidak Jenuh dan Stres Kebanyakan Virtual Daring

Kompas.com - 26/10/2020, 18:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Pandemi Covid-19 telah membuat berbagai aktivitas sehari-hari setiap orang mengalami perubahan, seperti diskusi, seminar, bekerja, hingga belajar melalui virtual daring.

Kegiatan daring ini tidak sedikit menimbulkan perasaan lelah, bosan, hingga tingkat stres bagian sebesar masyarakat.

Salah satunya seperti data yang didapatkan dari Survei Persepsi Pelajar Jawa Timur tentang dampak Covid-19, menunjukkan mayoritas pelajar mengalami kejenuhan dan stres akibat belajar melalui virtual daring.

Data dari survei tersebut menyebutkan dari 480 responden pelajar SMP dan SMA di Jawa Timur, ada 88,75 persen responden yang menganggap sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) melalui daring saat ini menjenuhkan, membosankan dan membuat stres.

Baca juga: Studi: Hormon Stres Pasien Covid-19 Tinggi, Risiko Kematian Makin Besar

 

Tidak hanya pelajar saja, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dan Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK Indonesia) juga melakukan penelitian terkait masalah psikologis masyarakat selama pandemi Covid-19.

Data gambaran masalah psikologis masyarakat tersebut dihimpun melalui layanan Swaperiksa Web.

Ketua Umum PDSKJI, DR Dr Diah Setia Utami SpKJ MARS menyebutkan bahwa dari masyarakat yang mengakses Swaperika Web tersebut, setidaknya ada lima fakta masalah psikologis masyarakat.

Temuan pertama, 68 persen di antara mereka mengalami masalah psikologis, dari 5.661 swaperiksa. Kedua, 67,4 persen mengalami gejala cemas yang paling banyak dialami oleh kelompok usia di bawah 30 tahun, dari 2.606 swaperiksa.

Baca juga: Kurangi Stres pada Gajah Kebun Binatang, Ilmuwan Uji Efek Minyak Rami

 

Masyarakat juga banyak mengalami depresi dengan presentasi sebanyak 67,3 persen reponden, bahkan ironisnya di antara mereka yang depresi ada 48 persen yang berpikiran lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri, dan ini adalah mereka dengan rentang usia 18-29 tahun, dari 2294 swaperiksa.

Selanjutnya, masyarakat yang mengalami trauma pikologis mencapai 74,2 persen dan paling banyak kelompok usia di bawah 30 tahun, dari 761 swaperiksa. Bahkan, fakta kelima adalah mereka yang memiliki pemikiran bunuh diri mencapai sebanyak 68 persen, dari 110 swaperiksa.

Diah menyampaikan memang pencetus permasalah psikologis memang ada banyak sekali.

Namun, diakibatkan adanya keharusan melakukan berbagai kegiatan dengan kebiasaan baru di tengah pandemi ini. Virtual daring juga bisa juga muncul menjadi salah satu sumber orang merasakan gangguan kejiwaan, meskipun tidak begitu signifikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com