Ia juga memberi rekomendasi pada pemerintah untuk memperlakukan siapa pun yang hasil tes antigennya reaktif sebagai pasien Covid-19.
Saat ini, Indonesia baru melakukan tes terhadap sekitar dua juta orang dari total sekitar 270 juta penduduk, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah tes terendah di dunia, hal yang diakui pula oleh Kepala Bappenas Suharso Monoarfa September lalu.
Padahal, tanpa jumlah tes yang cukup, Tonang mengatakan data yang ada semestinya belum bisa digunakan sebagai basis pemerintah mengambil kebijakan.
Meski begitu, Tonang menekankan, standar utama pengetesan Covid-19 tetaplah PCR, dan pemerintah harus sebisa mungkin meningkatkan kapasitasnya dalam melakukan tes jenis itu.
Di sisi lain, pakar biologi molekuler, Achmad Rusdjan Utomo, menyarankan pemerintah untuk terlebih dulu memverifikasi efektivitas alat tes antigen yang direkomendasikan WHO.
"Coba tunjuk dong Universitas Padjajaran atau Libangkes, coba kita [uji] ulang, nggak perlu banyak, paling pakai 30 sampel positif dan negatif, bener nggak [tesnya efektif] seperti yang diklaim.
"Ini kan konsep kehati-hatian ya," ujarnya.
Ia juga menambahkan ketika sudah mengadakan tes antigen itu, pemerintah perlu memastikan masyarakat tidak membeli alat tes itu secara mandiri, sebagaimana yang marak terjadi pada tes rapid antibodi.
Hal itu, katanya, akan menyebabkan hasil tes tak terekam oleh pemerintah sehingga tak mendukung upaya pengendalian wabah.
Penasihat Senior Direktur Jenderal WHO untuk Gender dan Kepemudaan, Diah Saminarsih, menjelaskan tes antigen dapat mendeteksi protein virus corona saat virus di tubuh seseorang berada di tingkat paling menular.
"Tes itu tepatnya bisa digunakan sebagai alat deteksi dini," katanya.
Baca juga: Deteksi Kilat Corona, Swab Antigen Lebih Akurat Dibanding Rapid Test
Sementara, tes rapid antibodi mendeteksi antibodi seseorang setelah beberapa waktu melawan virus, dan tak efektif mendeteksi saat-saat awal seseorang terinfeksi virus corona.
Sementara itu, PCR, yang disebut sebagai standar pengetesan Covid-19, bisa mendeteksi material genetik virus yang jumlahnya kecil, sehingga seseorang dapat terus mendapat hasil positif Covid-19 setelah virus dalam tubuhnya sudah tidak memiliki daya menginfeksi.
virus corona