Dari analisis, peneliti menemukan bahwa permukaan atas sayap fosil memiliki bulu-bulu primer yang identik dengan ukuran serta bentuk fosil bulu.
Selain itu juga, fosil bulu ternyata juga berasal dari situs yang sama dengan empat kerangka Archaeopteryx.
Dengan menggunakan mikroskop elektron khusus, peneliti mendeteksi melanosom yang merupakan struktur pigmen mikroskopis.
Peneliti juga mendeteksi melanosom, yang merupakan struktur pigmen mikroskopis.
Baca juga: Fosil Baru dari Zaman Dinosaurus, Predator Besar dalam Perut Apex Predator Laut
Setelah memperbaiki rekonstruksi warna, peneliti menemukan bahwa bulu purba tersebut seluruhnya hitam bukan putih yang pernah disampaikan oleh penelitian lain.
Bulu yang terisolasi itu juga berasal dari situs fosil yang sama dengan empat kerangka Archaeopteryx, yang membenarkan temuan mereka.
"Ada perdebatan selama 150 tahun terakhir, apakah bulu ini milik Archaeopteryx atau bukan, serta dari mana asalnya dan warna aslinya," kata Ryan Carney, penulis utama dalam studi.
Asisten profesor biologi integratif di USF ini juga mengatakan berkat penggabungan teknik baru antara analisis fosil bulu purba dinosaurus dan literatur inilah, peneliti pun berhasil memecahkan misteri yang telah berusia berabad-abad ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.