Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suntikan Testosteron, Terapi Potensial untuk Atasi Obesitas pada Pria

Kompas.com - 24/09/2020, 17:31 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah data baru yang dikumpulkan selama 11 tahun menunjukkan bahwa suntikan testoteron bisa jadi terapi yang menjanjikan bagi pria obesitas.

Data yang dipaparkan dalam European and International Congress on Obesity ini bahkan menyebutkan bahwa terapi testosteron jangka panjang bisa jadi sama efektifnya dengan operasi bariatrik, dan memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah.

Tim peneliti mendapatkan hasil ini setelah mengumpulkan data dari 471 pria yang mengalami hipogonadisme atau produksi testosteron rendah, dan obesitas, sejak tahun 2004.

58 persen dari partisipan diberi suntikan testosteron setiap tiga bulan selama 11 tahun lamanya.

Baca juga: Mengapa Covid-19 Lebih Mematikan pada Orang yang Obesitas?

Sepanjang penelitian, para pria yang mendapatkan suntikan testosteron berhasil menurunkan rata-rata 23 kilogram atau 20 persen dari berat badan awalnya.

Sebaliknya, para pria dalam kelompok kontrol (yang tidak mendapat suntikan testosteron) justru mengalami kenaikan berat badan kira-kira 6 kilogram.

Indeks massa tubuh juga ditemukan turun 7,6 poin pada kelompok yang mendapat suntikan, sedangkan pada kelompok kontrol malah naik dua poin.

Hal serupa juga ditemukan saat pengukuran lingkar perut. Kelompok yang mendapat suntikan mengalami pengecilan perut hingga 13 cm, sedangkan kelompok kontrol ditemukan mengalami peningkatan ukuran lingkar perut sebanyak 7 cm.

Dengan berkurangnya lemak pada perut, risiko penyakit kardiovaskular pada kelompok yang mendapatkan suntikan testosteron juga menurun.

Baca juga: Gen Kurus Ditemukan, Potensi Terapi Baru Atasi Obesitas di Masa Depan

Para peneliti mencatat bahwa sebanyak 28 persen pria pada kelompok kontrol mengalami serangan jantung dan 27,2 persen mengalami stroke selama periode studi.

Sementara itu, kelompok yang mendapatkan terapi testosteron justru tidak melaporkan permasalahan kardiovaskular serius selama penelitian.

Lalu, 20 persen anggota dari kelompok kontrol juga kemudian mengalami penyakit diabetes tipe 2 selama periode studi. Sedangkan pada kelompok yang mendapat terapi, tidak ada satu pun yang kemudian terkena diabetes.

Ketika para peneliti hanya melihat data dari orang-orang dengan obesitas kelas tiga (indeks massa tubuh 40 ke atas) yang bisa menjalani operasi bariatrik atau operasi untuk menurunkan berat badan, hasilnya semakin menjanjikan.

Baca juga: Studi Covid-19: Virus Corona Lebih Rentan Infeksi Pria dan Obesitas

Dari 76 pria dengan obesitas kelas 3, 59 di antaranya yang mendapatkan terapi testosteron berhasil menurunkan rata-rata 30 kilogram. Indeks massa tubuh mereka juga berkurang sekitar 10 poin.

Farid Saad dari perusahaan farmasi Bayer yang melakukan penelitian ini bersama Gulf Medical University, UEA, pun berkata bahwa hasil ini menunjukkan kalau terapi testoteron bisa jadi sama efektifnya dengan operasi untuk menurunkan berat badan - tetapi tanpa risiko komplikasi serius.

Meski demikian, patut diingat bahwa data studi ini masih memiliki keterbatas. Di antaranya adalah semua partisipan pria yang memiliki tingkat testosteron rendah.

Oleh karena itu, para peneliti masih harus melakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui efek terapi ini pada populasi lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com