Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Alat-alat Batu di Goa Maluku Utara Beri Petunjuk Manusia Pelintas Pulau

Kompas.com - 07/09/2020, 08:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tapi untuk mendukung teori ini, kami membutuhkan bukti arkeologis bahwa manusia bermukim di tempat terpencil ini pada zaman dulu. Maka kami pergi ke Obi untuk mencari situs goa yang dapat memiliki bukti pemukiman awal.

Alat-alat dan harta karun

Kami menemukan dua situs naungan batu, di wilayah pedalaman desa Kelo di pesisir utara Obi, yang cocok untuk penggalian. Dengan ijin dan bantuan warga Kelo, kami melakukan satu uji galian di masing-masing situs.

Kami menemukan banyak artefak, termasuk pecahan kapak edge-ground, beberapa berumur 14.000 tahun. Kapak tertua di Kelo dibuat dari cangkang kerang.

Kapak dari cangkang juga telah ditemukan di wilayah ini dengan umur yang kurang lebih sama, termasuk di Pulau Gebe di timur laut Obi. Secara tradisional, kapak ini digunakan untuk melubangi batang pohon untuk membuat kano.

Besar kemungkinan kapak Obi juga digunakan untuk membuat kano, sehingga memungkinkan orang-orang masa itu untuk menjalin hubungan antar pulau terdekat.

Lapisan kultural tertua dari situs Kelo, yang berisi campuran serpihan alat kerang dan batu, memberi kami catatan paling awal dari pemukiman manusia di Obi, berusia sekitar 18.000 tahun.

Masa itu, iklim lebih kering dan dingin dibanding saat ini, dan hutan belantara pulau ini pasti lebih mudah ditembus dibanding sekarang.

Permukaan laut saat itu 120 meter lebih rendah; ini berarti Pulau Obi saat itu lebih luas, meliputi pulau-pulau terdekat lainnya seperti Bisa dan beberapa pulau kecil.

Kira-kira 11.700 tahun lalu, saat Zaman Es berakhir, iklim berubah jauh lebih hangat dan basah, sehingga hutan di Obi menjadi lebih lebat.

Mungkin bukan kebetulan bahwa kapak-kapak yang kami temukan berasal dari masa itu terbuat dari batu - alih-alih dari kerang, mungkin menandakan penggunaan yang meningkat dan lebih berat untuk membuka hutan dan modifikasi untuk hutan yang semakin lebat.

Manusia butuh waktu dua kali lebih banyak untuk mengasah batu menjadi kapak dibanding kerang, namun material yang lebih keras ini berarti mata kapak tetap tajam untuk waktu lebih lama.

Shipton et al. 2020 Kapak-kapak batu yang ditemukan di wilayah dekat desa Kelo. Batang skala mewakili 1 centimeter (cm).

Dilihat dari tulang-tulang yang kami temukan di Goa Kelo, orang-orang yang tinggal di sini terutama berburu Rothschild’s cuscus, sejenis tupai yang masih hidup di Obi hingga hari ini. Seiring hutan menjadi kian lebat, orang-orang mungkin membuka petak-petak hutan agar berburu lebih mudah.

Lagi-lagi, mungkin bukan kebetulan bahwa kapak-kapak dari batu volkanik - yang tajam lebih lama dan diketahui telah digunakan di Papua - pertama kali muncul dalam catatan arkeologi saat iklim mulai berubah.

Kami juga menemukan manik-manik kerang dan obsidian - yang sepertinya dibawa dari pulau lain, karena tidak ditemukan sumber obsidian di Obi - mirip dengan yang ditemukan di pulau-pulau di utara Wallacea. Ini lagi-lagi mendukung teori bahwa penghuni Obi secara rutin bepergian ke pulau-pulau lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com