Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Emas ASI, Ilmuwan Ungkap Manfaatnya pada Kekebalan Bayi

Kompas.com - 30/08/2020, 20:03 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fakta seputar manfaat air susu ibu (ASI) telah banyak dibuktikan oleh berbagai penelitian. Salah satunya dalam memperkuat sistem kekebalan bayi.

Manfaat ASI diketahui dapat mendukung flora susu yang memberi manfaat luar biasa bagi anak.

Lantas, bagaimana menjelaskan mekanisme molekuler di balik air susu ibu?

Tim ilmuwan dari RESIST Cluster of Excellence di Hannover Medical School (MHH), baru-baru ini menemukan bagaimana proses alarmin, yakni mekanisme ASI mendukung flora susu, itu terjadi.

Seperti dikutip dari Science Daily, Minggu (30/8/2020), studi ini melibatkan peneliti dari University of Bonn dan hasilnya telah dipublikasikan sebelumnya secara daring di jurnal medis Gastroenterology.

Baca juga: Seri Baru Jadi Ortu: Ini Tahapan Menghentikan ASI saat Bayi 2 Tahun

 

"Alarmin adalah 'rahasia emas' dalam ASI. Protein ini mencegah gangguan kolonisasi usus berbahaya yang dapat menyebabkan keracunan darah dan peradangan usus," ungkap Ketua Tim Prof.Dr. Dorothee Viemann dari Hannover Medical School (MHH) Clinic for Pediatric Pneumology, Allergology and Neonatology.

Sistem kekebalan usus pascapersalinan, yaitu flora dan mukosa usus, matang melalui interaksi dengan bakteri di lingkungan.

Hal ini meningkatkan keanekaragaman bakteri optimal yang bertahan seumur hidup, memberikan perlindungan terhadap banyak penyakit.

Baca juga: Pentingnya Peran Ayah dalam Periode Emas Ibu Memberi ASI untuk Bayinya

 

"Alarmin mengontrol proses adaptasi ini," jelas Prof Viemann, yang penelitiannya telah mengungkapkan bahwa peptida dan protein ini berasal dari ASI dan muncul di saluran usus anak.

Proses persalinan berperan dalam hal ini, karena bayi yang lahir melalui operasi caesar terencana menunjukkan tingkat alarmin yang lebih rendah daripada bayi yang lahir melalui persalinan normal.

Selain itu, studi ini menemukan pada bayi prematur kurang mampu menghasilkan alarmin sendiri dibandingkan bayi cukup bulan. Maka, umumnya, orang yang terlahir prematur cenderung lebih rentan menderita penyakit inflamasi kronis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com