Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanasan Global Mengubah Hidup Kita, Ini 6 Tandanya

Kompas.com - 17/08/2020, 18:03 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis


KOMPAS.com – Sebuah gletser di Islandia untuk pertama kalinya mencair sepenuhnya. Berdasarkan data NASA Earth Observatory, gletser tersebut masih berupa lapisan es solid pada 1986.

Warga, aktivis, dan pemerintah Islandia berkabung atas ‘wafatnya’ gletser Okjokull yang memiliki luas 15 kilometer persegi tersebut. Mereka juga berkabung karena masifnya perubahan iklim yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan mereka.

Baca juga: Ikan di Lautan Hadapi Ancaman Pemanasan Global, Ini Dampaknya

Mengutip The Independent, Senin (17/8/2020), berikut 6 tanda pemanasan global telah mengubah hidup kita:

1. Kota-kota yang tidak bisa ditinggali

Banyak kota di dunia yang memiliki suhu panas dan tidak akan bisa ditinggali di masa depan.

Sebuah studi yang dipublikasikan oleh University of Maryland menyebutkan, tahun lalu, suhu kota-kota di Amerika Serikat akan memanas pada 2080.

Baca juga: Akibat Pemanasan Global, Biota Laut Migrasi ke Kawasan Kutub

Kota Denver di Colorado akan memiliki suhu panas yang sama dengan Borger. Sementara itu, Texas dan Philadelpia akan memiliki suhu lebih pnas dan kering seperti Memphis dan Tennessee.

New York diperkirakan akan memanas sebanyak 5 derajat Celcius.

Chandana Mitra, Associate Professor of Geosciences di Auburn University mengatakan kepada Guardian, “Mungkin dalam 50 atau 60 tahun, kita tidak akan tahan hidup di beberapa kota.”

2. Peningkatan kematian akibat suhu yang memanas

The Centre for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan pada 1999-2010, sekitar 658 orang meninggal setiap tahunnya akibat suhu yang memanas.

Dewasa muda, lansia dan komunitas miskin adalah orang-orang yang paling terdampak. Apalagi, polusi udara di kota-kota besar memperparah kondisi ini.

3. Masalah infrastruktur

Pemanasan global dapat berpengaruh terhadap infrastruktur sebuah kota. Apalagi, jika pemerintah kota tersebut tidak siap akan hal ini.

Aspal yang meleleh misalnya. Tak hanya di jalan raya, hal tersebut juga berpengaruh terhadap penerbangan karena landasan pesawat.

Ilustrasi landasan pacuKompas.com/Robertus Belarminus Ilustrasi landasan pacu

Pada 2017 di Negara Bagian Arizona, sebanyak 40 penerbangan dibatalkan akibat panas yang mencapai 48 derajat Celcius. Panas tersebut mengakibatkan aspal pada landasan pesawat meleleh.

4. Banjir

Environment Agency menyebutkan secara global, temperatur akan meningkat sebanyak 2-4 derajat Celcius pada tahun 2011.

Hal ini berarti pemerintah dan pihak yang berwenang harus mengalokasikan dana untuk antisipasi banjir. Di Eropa saja, pemerintah harus mengucurkan dana sebanyak 1 miliar Euro untuk manajemen banjir.

5. Meningkatnya jumlah penyakit pernapasan seperti asma

Berdasarkan Climate Reality Project, emisi minyak bumi yang berkontribusi pada gas rumah kaca bisa berdampak pada penyakit pernapasan seperti asma.

Potensi penyakit ini bisa terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.

Baca juga: Badai Petir Bisa Memicu Serangan Asma yang Parah, Ini Penjelasannya

Berdasarkan data WHO, setiap tahunnya polusi udara menewaskan tujuh juta orang di berbagai belahan dunia.

6. Berkurangnya stok makanan bernutrisi

Para peneliti di Harvard University menyebutkan bahwa jika kita tidak menghentikan atau meminimalisir emisi karbon, maka di masa depan akan sangat berpengaruh pada ketahanan pangan.

“Karbondioksida yang terakumulasi pada atmosfer mengubah komposisi nutrisi buah dan sayuran yang kita makan, membuatnya menjadi kurang bernutrisi,” tutur mereka.

Ilustrasi sayuran segarShutterstock Ilustrasi sayuran segar

Karbondioksida yang terlampau banyak, lanjut ia, mempercepat proses fotosintesis sehingga menjadikan tanaman menghasilkan lebih banyak gula dan lebih sedikit kalsium, protein, zinc, dan beberapa vitamin penting.

Pada pertengahan abad, diperkirakan 175 juta orang akan mengalami defisiensi zinc dan 122 juta orang akan mengalami defisiensi protein.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com