Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petir Tewaskan 147 Orang di India, Bisakah Terjadi di Indonesia?

Kompas.com - 08/07/2020, 18:35 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Selain itu juga, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin mengatakan, kejadian di India disebabkan oleh konsisi sistem awan Cumulonimbus (Cb), dan akibat negatif dari sistem awan Cb ini juga dapat terjadi di Indonesia.

"Secara umum di wilayah Indonesia, hujan lebat yang disertai dengan angin kencang dan kilat atau petir dapt terjadi dari sistem awan Cb," kata Miming.

Tragedi petir di Indonesia

Zoro mencontohkan kejadian di daerah Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada bulan Agustus 2019. Pada saat itu, 19 ekor kerbau dan seorang pengembala meninggal akibat sambaran petir.

"Padahal (kerbau dan pengembala itu) di dalam kandang," ujarnya.

Hal itu bisa terjadi karena, jika petir menyambar tanah atau pohon atau menara tinggi; maka akan timbul tegangan di tanah.

Oleh sebab itu, kaki yang berada dekat dengan titik sambaran petir tersebut tegangannya akan tinggi. Sedangkan, yang lebih jauh dari titik sambar, tegangannya jauh lebih rendah. Sehingga, terjadi perbedaan tegangan antara dua kaki.

"Jadi tegangan langkah tuh tegangan yang terjadi di anatara 2 kaki kita, terus arus ngelir di badan kita atau sapi. Meninggal deh," jelasnya.

Selain kejadian itu, ada kejadian pada 2018 di mana satu tangki Pertamina di Cilacap tersambar petir dan terbakar.

Zoro mengingatkan agar masyarakat tetap waspada. Sebab pada saat ini, masih ada wilayah Indonesia yang sedang berada dalam musim peralihan atau biasa disebut dengan pancaroba.

Adapun hal yang bisa Anda lakukan ketika terjadi sambaran atau serangan petir di sekitar Anda adalah memastikan Anda berjongkok sambil merapatkan kedua kaki Anda.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi dampak dari tegangan langkah akibat serangan petir tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com