Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Hari Asteroid, Menggugah Kesadaran Publik tentang Bahaya dari Langit

Kompas.com - 01/07/2020, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETIAP tanggal 30 Juni diperingati sebagai Hari Asteroid Sedunia atau dikenal pula sebagai Hari Asteroid. Peringatan ini secara resmi dideklarasikan Perserikatan Bangsa–Bangsa melalui Resolusi no. 492 Sidang Umum ke–71 yang disahkan pada 6 Desember 2016.

Peringatan Hari Asteroid bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran umat manusia terhadap potensi bencana alam dari langit yang hadir dalam bentuk tumbukan benda langit.

Dengan kata lain, agar kita semua mewaspadai kemungkinan tubrukan asteroid atau komet ke Bumi sebagai sebuah potensi bencana. Bukan sekedar narasi sains fiksi yang elok ditonton di layar kaca seperti film lawas Armageddon dan Deep Impact.

Dengan begitu, kedudukan Hari Asteroid adalah selayaknya Hari Tsunami, yang secara resmi bernama Hari Kewaspadaan Tsunami Sedunia dan diperingati setiap 5 November. Karena tumbukan benda langit sanggup memproduksi bencana alam yang dampaknya setara dengan bencana alam lainnya seperti bencana hidrometerologi dan bencana geologi.

Bahkan jika melampaui ambang batas tertentu dampak tumbukan benda langit jauh melampaui tingkat keparahan bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami maupun letusan gunung berapi.

Letusan Toba Muda 75.000 tahun silam adalah letusan gunung berapi terdahsyat di muka Bumi dalam 27 juta tahun terakhir. Dahsyatnya dampak letusan ini menyebabkan populasi manusia saat itu diduga berkurang, seperti terlihat melalui penyusutan genetik.

Akan tetapi, energi letusan tersebut hanyalah seperduaratus saja dibanding kedahsyatan peristiwa Tumbukan Chicxulub 65 juta tahun silam. Tumbukan ‘kiamat’ itu menyapu populasi dinosaurus dari panggung kehidupan di muka Bumi bersama dengan 75 persen kelimpahan makhluk hidup lainnya yang sezaman.

Jejak dari peristiwa dahsyat tersebut masih abadi hingga hari ini sebagai selapis tipis lempung kehitaman yang kaya butir–butir jelaga (karbon) dan melimpahnya unsur Iridium yang langka. Lapisan lempung itu terjepit di antara batuan sedimen periode Kapur dan Paleosen di berbagai penjuru Bumi.

Peristiwa Tunguska

Tanggal 30 Juni dipilih menjadi Hari Asteroid sebagai pengingat atas Peristiwa Tunguska 30 Juni 1908, yakni kejadian tumbukan benda langit terdahsyat dalam sejarah manusia modern. Terdahsyat dalam konteks energinya dan dampaknya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terkait peristiwa tumbukan benda langit.

Sepanjang sejarah peradaban, kita telah berkali–kali bersentuhan dengan sejumlah peristiwa tumbukan asteroid. Misalnya peristiwa Kaalijarv 7.600 tahun silam di Estonia, peristiwa Campo del Cielo 4.500 tahun silam di Argentina hingga peristiwa Henbury 4.200 tahun silam di Australia.

Namun detailnya sangat terbatas karena hanya bisa dideduksi secara tak langsung berdasarkan jejaknya di batuan, selain lewat aneka legenda setempat dan cerita lisan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Karakter Peristiwa Tunguska jauh berbeda. Selain pernyataan para saksi mata langsung, inilah untuk pertama kalinya umat manusia berkesempatan mengelaborasi dampak tumbukan benda langit melalui radas (instrumen) seismik, magnetik dan barometrik selain melaksanakan penyelidikan lapangan.

Meski masih menyisakan misteri di sejumlah bagiannya; lewat Peristiwa Tunguska–lah, terbentuk pemahaman manusia modern tentang bahaya yang bisa datang dari langit.

Tunguska adalah kawasan rimba raya taiga yang tumbuh di sekitar alur sungai Podkamennaya Tunguska, Siberia Tengah. Di tahun 1908, kawasan ini menjadi bagian dari propinsi Yeniseyk dalam kekaisaran Russia (kini propinsi Krasnoyark Krai, Russia).

Pagi hari tepat 112 tahun silam, yakni 30 Juni 1908 pukul 07:14 lokal, sebuah dentuman keras menggelegar mendadak terdengar, disusul hempasan angin sangat kuat dan kebakaran spontan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com