Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Hari Asteroid, Menggugah Kesadaran Publik tentang Bahaya dari Langit

Kompas.com - 01/07/2020, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada pula benda langit yang berhasil mendarat di paras Bumi hingga membentuk kawah tumbukan seperti tumbukan Sikhote–Alin 1947 (kawah bergaris tengah 26 meter) di Russia, tumbukan Sterlitamak 1990 (kawah bergaris tengah 10 meter) di Russia dan tumbukan Carancas 2007 (kawah bergaris tengah 14 meter) di Peru.

Analisis statistik memperlihatkan setiap tahunnya terdapat 6.100 meteor yang berhasil tiba di paras Bumi sebagai meteorit meski tidak membentuk kawah tumbukan. Namun, hanya sebagian kecil saja yang bisa kita lihat secara langsung, mengingat manusia modern hanya menempati 0,13 persen paras Bumi (0,44 persen luas daratan Bumi).

Hingga saat ini, tak satupun dari peristiwa tersebut yang merenggut korban jiwa manusia secara langsung. Peristiwa Tunguska diduga menewaskan 3 orang namun tak ada buktinya hingga sejauh ini.

Sepanjang sejarah modern, sejauh ini hanya ada satu catatan terkonfirmasi terkait jatuhnya korban jiwa akibat hantaman benda langit, yakni dalam peristiwa airburst Sulaymaniyah 1888 yang menewaskan 1 orang. Peristiwa Sulaymaniyah terjadi di atas kota Khurmal (kini propinsi Halabja, Irak) saat dalam kekuasaan Turki Usmani.

Pada peristiwa–peristiwa yang lain hanya ada korban luka–luka dalam berbagai tingkatan yang telah dikonfirmasi dari kejadian–kejadian tersebut. Misalnya dalam Peristiwa Chelyabinsk 13 Februari 2013 (Russia) saat asteroid berdimensi 20 meter menerobos masuk atmosfer. Terjadi airburst yang melepaskan gelombang kejut hingga melukai 1.613 orang dan merusak 7.320 bangunan.

Kejadian–kejadian tersebut terasa kerdil jika dibandingkan dengan Peristiwa Tunguska 1908. Apa yang menggelisahkan dari Peristiwa Tunguska adalah bahwa kejadian airburst dalam tumbukan benda langit pada dasarnya serupa dengan peristiwa ledakan nuklir atmosferik, minus radiasinya.

Andaikata Peristiwa Tunguska terjadi saat ini dengan mengambil tempat misalnya di atas DKI Jakarta, niscaya segenap propinsi ini akan terbakar dan hancur berantakan akibat terpaan sinar panas bersama dengan hempasan gelombang kejut. Kesadaran bahwa sebutir asteroid yang relatif kecil saja dapat menyebabkan kerusakan besar kian tumbuh dengan berkaca pada kejadian di Chelyabinsk.

Selain bertujuan menggugah kesadaran manusia masa kini akan potensi bahaya tumbukan benda langit khususnya tumbukan asteroid, Hari Asteroid juga ditujukan untuk membangun teknologi yang memungkinkan guna mendeteksi dan melacak pergerakan populasi kelopok asteroid berpotensi bahaya yang bisa mengancam peradaban manusia.

Deteksi dan pelacakan tersebut seyogyanya dilaksanakan baik oleh institusi pemerintah, lembaga swasta maupun organisasi–organisasi filantropis. Diharapkan dalam tempo sepuluh tahun pasca proklamasi Hari Asteroid, umat manusia mampu menemukan dan melacak sedikitnya 100.000 asteroid berpotensi bahaya yang baru dalam setiap tahunnya. Sehingga sistem peringatan dini untuknya dapat segera dibangun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com