Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Hari Asteroid, Menggugah Kesadaran Publik tentang Bahaya dari Langit

Kompas.com - 01/07/2020, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dentuman mirip ledakan itu terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya. Hempasan angin yang sangat kuat membuat pepohonan dalam hutan taiga seluas 2.150 kilometer persegi roboh bertumbangan membentuk pola mirip sepasang sayap kupu–kupu. Dalam area tersebut terdapat 200 kilometer persegi hutan yang mengalami kebakaran spontan.

Di saat yang sama, sensor–sensor seismometer di sekujur daratan Eropa hingga sejauh Jerman mencatat usikan seismik aneh.

Sensor magnetometer di Irkutsk juga mencatat anomali, bahkan untuk beberapa lama, magnetometer ini menganggap Bumi sempat memiliki dua kutub utara magnetik dengan satu di antaranya berkedudukan di Tunguska. Sensor–sensor barometer di segenap penjuru Bumi merekam gelombang tekanan udara yang menyebar kemana–mana, diantaranya terdeteksi di Jakarta (saat itu masih Batavia).

Di hari–hari berikutnya, orang–orang Eropa menjumpai suasana langit petang yang lebih terang dari biasanya disertai ketampakan awan sangat tinggi (noctilucent).

Peristiwa Tunguska menjadi subyek penyelidikan panjang, yang diinisiasi ekspedisi lapangan Leonard Kulik pada 1927 dan berlanjut dengan gelombang penyelidikan–penyelidikan selanjutnya hingga sekarang. Pada saat ini, telah diketahui bahwa segala keriuhan di penghujung Juni 1908 disebabkan sebutir asteroid yang jatuh menumbuk Bumi.

Riset–riset termutakhir yang dikompilasi badan antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjukkan asteroid tersebut berkomposisi batu dengan dimensi antara 50 hingga 80 meter, seukuran bukit kecil.

Melaju secepat 15 kilometer per detik (54.700 km/jam) kala mulai memasuki atmosfer, awalnya selimut udara Bumi mencoba meredamnya dengan memperlakukannya sebagai meteor. Permukaan asteroid pun tergerus sedikit demi sedikit dan memijar sangat terang, yang pada puncaknya sampai puluhan kali lebih benderang ketimbang Matahari.

Namun dengan dimensinya yang masih terlalu besar, maka atmosfer tak punya cukup waktu guna menetralisir ancamannya sampai tuntas.

Sisa asteroid siap menghantam paras Bumi sebelum satu peristiwa mengesankan terjadi. Oleh karena meluncur ke target dengan sudut lintasan relatif kecil ke bidang datar, yakni berkisar 30 derajat atau kurang, maka di bawah ketinggian 20 kilometer mulai terjadi pelepasan energi sangat besar dalam tempo singkat.

Terjadilah airburst, kejadian–mirip–ledakan–di udara, yang melepaskan energi 15 hingga 30 megaton TNT atau setara dengan 750 hingga 1.500 butir bom nuklir Nagasaki yang diledakkan serentak.

Energi yang sangat besar dihantarkan ke segenap penjuru lewat menjalarnya gelombang kejut dan paparan sinar panas. Hantaman gelombang kejut ke paras Bumi membuat batang–batang pohon hutan taiga ambruk massal ke arah–arah tertentu. Sementara paparan sinar panas menyebabkan batang–batang pohon terpanaskan hebat hingga spontan menyala tanpa disulut.

Airburst juga menyebabkan sisa asteroid hancur lebur menjadi debu tanpa meninggalkan potongan besar yang bisa menciptakan kawah tumbukan di paras Bumi. Sebaliknya, sebagian besar debu tersebut membumbung tinggi ke lapisan startosfer dan melebar luas hingga menciptakan malam–malam menakjubkan bagi Eropa saat memantulkan sinar Matahari senja.

Potensi bencana masa depan

Lebih dari seabad kemudian, kita menyaksikan aneka peristiwa tumbukan benda langit berikutnya.

Ada yang berupa airburst seperti dalam peristiwa Rio Curuca 1930 (100 kiloton TNT) di Brazil, peristiwa Arroyomolinos de Leon 1932 (190 kiloton TNT) di Spanyol, peristiwa Bone 2009 (energi 60 kiloton TNT) di Indonesia hingga peristiwa Chelyabinsk 2013 (energi 560 kiloon TNT) di Russia.

Basisdata NASA mencatat sejak 1988 telah terdeteksi 822 peristiwa airburst, atau rata–rata 26 airburst dalam setiap tahun.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com