Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Debu Raksasa dari Sahara Bergerak ke AS, Ini Dampaknya

Kompas.com - 21/06/2020, 19:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Awan debu raksasa dari Gurun Sahara sedang menuju ke barat melintasi Samudera Atlantik dan bisa sampai di AS awal pekan depan.

Satelit Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) menangkap gambar menakjubkan berupa debu yang bertiup dari pantai barat Afrika pada 7 Juni 2020.

Layanan Cuaca Houston telah memperkirakan debu besar dari Sahara itu akan bermigrasi melintasi Samudra Atlantik pekan ini dan sampai di Karibia dan Teluk Meksiko.

Setelah itu, debu raksasa akan terus bergerak dan diperkirakan mencapai Texas pada Selasa (23/6/2020).

Baca juga: Selain Gerhana, Summer Solstice Juga Terjadi Hari Ini, Apa Itu?

Pemodelan GEOS-5 milik Badan Antariksa AS (NASA) juga memperkirakan hal yang sama. Bahkan, mereka menduga debu raksasa bisa mengenai bagian Florida dan Louisanna.

Dampak dari peristiwa ini adalah langit tampak berkabut pada siang hari, saat matahari terbit, dan terbenam.

"Jika debu raksasa mencapai daerah itu, kita akan melihat langit lebih merah saat matahari terbit dan terbenam selama beberapa hari dan mungkin cuaca menjadi lebih kering," tulis National Weather Service Houston dalam twitnya.

Dilansir IFL Science, Rabu (17/6/2020), aliran debu gurun yang sangat besar bergerak di sepanjang Lapisan Udara Sahara (Sahara Air Layer), lapisan udara panas dan kering yang bergerak sekitar 10 hingga 25 meter per detik di atas udara permukaan yang lebih dingin dari Samudra Atlantik.

Lapisan Udara Sahara biasanya landai di pertengahan Juni, memuncak selama musim panas, dan memompa ledakan aktivitas di Atlantik Utara selama tiga sampai lima hari.

"Kami sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya. Namun kali ini signifikan berdasarkan ukuran dan perjalanan jauhnya ke barat," kata Jason Dunion, ahli meteorologi dari Universitas Miami sekaligus ilmuwan NOAA.

"Debu raksasa kali ini mengirim banyak debu dari Sahara," tambahnya.

Lapisan Udara Sahara juga cenderung menekan aktivitas badai, yang merupakan kabar baik mengingat kawasan itu baru saja memasuki musim badai yang sangat berbatu.

Baca juga: Jangan Lihat Gerhana Matahari dengan Film X-ray dan Air, Ini Alasannya

Anehnya, debu Sahara juga dapat memicu mekar alga beracun di Amerika Utara.

Penelitian oleh NASA pada tahun 2001 menemukan awan debu Sahara dapat menaburkan air di lepas pantai Florida Barat dengan zat besi, yang mengawali mekarnya alga beracun.

Seiring dengan mengubah air menjadi warna merah yang lain, mekar ganggang beracun dapat membunuh sejumlah besar ikan, kerang, mamalia laut, burung, dan dapat menyebabkan masalah kulit dan pernapasan pada manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com