KOMPAS.com - Polusi udara di Jakarta sempat menduduki peringkat kedua di dunia, saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.
Padahal, pembatasan sosial ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi potensi penyebaran virus corona baru yang saat ini mewabah dan menyebabkan penyakit Covid-19.
Sejumlah titik kemacetan di Jakarta mulai kembali terjadi, sejak penerapan new normal atau fase kenormalan baru berjalan.
Seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (15/6/2020) lalu, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat ada 410 titik rawan kemacetan di wilayah Jabodetabek.
Guna mengurai kemacetan tersebut, sebanyak 1.728 personel dikerahkan.
Baca juga: PSBB Transisi Jakarta Nomor Dua Penyumbang Polusi Udara Dunia, Kok Bisa?
Direktur Rujak.org Elisa Sutanudjaja mengatakan sejak awal bulan Juni ini, jumlah kendaraan bermotor di sejumlah ruas jalan di Jakarta sekitarnya mengalami kenaikan yang signifikan.
"Kenaikannya (kendaraan bermotor) signifikan sejak tanggal 4 (Juni)," ungkap Elisa saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/6/2020).
Data kendaraan bermotor ini diambil dari sekitar 2.000 CCTV di seluruh DKI Jakarta.
Baca juga: Benarkah New Normal Tingkatkan Polusi Udara Jakarta? Ini Kata BMKG
Kendati demikian, Elisa mengungkapkan data yang dihimpun Rujak.org dari Jakarta Smart City (JSC) ini tidak cukup.
Sebab, data dari JSC yang kemudian diinput Rujak Center for Urban Studies, mulai berhenti per 8 Juni 2020.
"Tetapi tren kenaikan jumlah kendaraan di DKI Jakarta memang cenderung naik terus," jelas Elisa.
Berdasarkan grafis data perbandingan mobilitas moda kendaraan bermotor DKI per 24 jam, sejak akhir Mei, tercatat jumlah kendaraan mengalami kenaikan tajam, terutama kendaraan bermotor roda empat seperti mobil.