Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Udara Terbersih di Bumi, Tanpa Jejak Aktivitas Manusia

Kompas.com - 04/06/2020, 13:03 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab tingginya polusi udara di Bumi.

Namun baru-baru ini, para ilmuwan mengklaim telah berhasil mengidentifikasi udara terbersih di dunia, bebas dari partikel yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Menurut peneliti, udara terbersih itu terletak di atas Samudra Antarktika yang mengelilingi Antarktika.

Mereka menemukan kalau lapisan udara di wilayah tersebut bebas dari partikel aerosol yang diproduksi oleh aktivitas manusia seperti misalnya pembakaran bahan bakar fosil, pembuangan limbah, dan lain-lain.

Baca juga: Ahli: Polusi Udara di Rumah Bikin Lansia Rentan Terinfeksi Penyakit

Untuk mengetahui mengapa area tersebut bebas dari polusi, tim peneliti dari Colorado State University memutuskan mempelajarinya.

Para peneliti menggunakan bakteri di udara sebagai alat diagnostik untuk menyimpulkan sifat-sifat atmosfer yang berada di lapisan lebih rendah.

Hasil analisis menunjukkan jika aerosol yang disebabkan aktivitas manusia tidak bergerak ke selatan melalui udara, sehingga peneliti pun menyebut udara di atas Samudra Antarktika sebagai udara yang benar-benar murni.

"Secara keseluruhan, hasil menunjukkan jika Samura Antarktika adalah salah satu dari sedikit tempat di Bumi yang terpengaruh oleh kegiatan manusia," ungkap Thomas Hill, salah satu peneliti dalam studi ini, seperti dikutip dari CNN, Rabu (3/6/2020).

Baca juga: Rokok dan Polusi Udara, Mana yang Lebih Mematikan?

Polusi udara sendiri telah menjadi krisis kesehatan global. WHO juga menyebut bahwa polusi udara membunuh tujuh juta orang setiap tahun.

Selain itu, berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa polusi udara meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru.

Orang yang tinggal di perkotaan serta negara dengan penghasilan rendah dan menengah cenderung terkena paparan polusi lebih tinggi.

Studi telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com