KOMPAS.com - Dalam lima tahun terakhir, penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyakit yang paling banyak membunuh masyarakat Indonesia.
Ada banyak alasan yang dapat memicu penyakit tidak menular. Salah satunya adalah gaya hidup dan pola makan tidak sehat.
Menurut data Survey Diet Total yang dilakukan pada 2014, 5 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi gula lebih dari 50 gram/hari. Konsumsi tertinggi ada di Yogyakarta dengan 16,9 persen.
Kemudian 53 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 2.000 mg/hari. Konsumsi garam tertinggi adalah warga DKI Jakarta dengan 65,4 persen.
Terakhir, 27 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi lemak lebih dari 67 gram/hari. Konsumsi lemak tertinggi juga masyarakat DKI Jakarta, dengan 48,2 persen.
Baca juga: Ini Manfaat Kurma untuk Kesehatan Saat Buka Puasa dan Sahur
Konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) berlebih ini yang pada akhirnya memicu penyakit tidak menular seperti diabetes.
Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Endang Sri Wahyuningsih, MKM menjelaskan, berdasarkan Riskesdas Tahun 2018, prevalensi penyandang Diabetes Melitus di DKI Jakarta sebesar 3,4 persen.
"Jumlah ini meningkat dibandingkan data Riskesdas 2013, yaitu 2,5%. Angka ini berada di atas prevalensi nasional," ungkap Endang dalam media workshop online Batasi Konsumsi GGL & Cermati Informasi Nilai Gizi untuk Cegah PTM pada Masyarakat Umum dan Komplikasi Serius Covid-19 pada Penyandang Diabetes, Rabu (22/4/2020).
Menurut Endang, sebagai bagian dari pola hidup sehat untuk mencegah prediabetes maupun diabetes, konsumsi GGL per individu harus dibatasi.
"50 gram gula atau 4 sendok makan gula per hari. 5 gram garam atau 1 sendok teh garam per hari. Dan 67 gram lemak atau 5 sendok makan lemak per hari," katanya.
Selain membatasi konsumsi GGL, masyarakat juga harus mencermati informasi nilai gizi pada kemasan pangan olahan supaya asupan nutrisi harian tidak berlebih.