Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/04/2020, 07:09 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Beragam metode kurangi risiko

Menanggapi laporan terbaru itu, sejumlah dokter mencari metode lain untuk mengurangi risiko. Para dokter kini berusaha selama mungkin menolong pasien tanpa bantuan ventilator.

"Beberapa pekan lalu pasien virus corona yang datang ke rumah sakit di New York dengan keluhan sulit bernapas, sesuai standar rutin akan dipasangi ventilator untuk membantu mereka agar tetap bernapas," ujar Dr. Joseph Habboushe, petugas medis gawat darurat di rumah sakit Manhattan. Tapi para dokter sekarang mula-mula berusaha dengan terapi lain.

"Jika kami bisa membuat kondisi pasien lebih baik tanpa melakukan intubasi, yakni memasukkan selang pernapasan ke dalam saluran napas pasien, kelihatannya mereka punya peluang kondisinya lebih bagus," papar Habboushe lebih lanjut.

Salah satunya membaringkan pasien dalam berbagai posisi berbeda. Ini termasuk menelungkupkan pasien Covid-19, agar memungkinkan berbagai bagian paru-paru lebih baik menyerap udara.

Metode lainnya dengan memberi pasien lebih banyak oksigen lewat masker hidung atau alat lain.

Beberapa dokter melakukan eksperimen dengan mencampurkan oksida nitrat ke dalam udara yang dipompa, untuk membatu meningkatkan aliran darah dan oksigen ke bagian paru-paru yang belum mengalami peradangan.

Baca juga: Hidup dan Replikasi di Tenggorokan, Alasan Virus Corona Begitu Menular

Ventilator hanya alat bantu

Penggunaan ventilator di rumah sakit pada pasien Covid-19 sebetulnya hanya untuk membantu pasien agar tetap bisa bernafas.

“Ventilator bukan terapi. Ini hanya tindakan pendukung, selama kami menunggu fungsi tubuh pasien kembali pulih“, kata Dr. RogerAlvarez, pakar paru-paru di University of Miami Health System Di Florida.

Dr. Alvarez menjadi pimpinan ujicoba penggunaan nitrat oksida, untuk mencegah agar pasien sebisa mungkin, tidak perlu memakai ventilator.

Sekitar 20 persen penderita Covid-19, terutama kaum lanjut usia yang punya riwayat sakit kronis dilaporkan mengalami gejala sakit berat.

Pasien mengeluhkan kesulitan bernapas, nyeri dada dan peradangan pada paru-paru. Inilah yang disebut sindrom gangguan pernafasan akut.

Sekitar 3 hingga 4 persen pasien dengan sindroma inilah yang biasanya memerlukan ventilator.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com