Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/04/2020, 18:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Wabah pandemi Covid-19 di Indonesia yang semakin meningkat jumlahnya, pakar menyebutkan perlu melawannya dengan memanfaatkan ujung tombak yang dimiliki bangsa yaitu resources atau sumber daya dan sains atau ilmu pengetahuan.

“Kita harus menang dengan mengandalkan setiap resources yang kita miliki, dan mengandalkan sains sebagai ujung tombak,” ujar Pengamat Komunikasi Politik Hendri Satrio di Jakarta, Jumat (10/4/2020).

Hendri menyebutkan melawan virus corona ini bukan seperti melawan manusia atau kelompok, bukan juga entitas negara.

Baca juga: Hadapi Corona Riset Lintas Ilmu Perlu Diutamakan, Mengapa?

Akan tetapi, lawan yang dihadapi adalah virus atau penyakit sehingga pendekatan dan strateginya khusus. Selain itu, Indonesia harus belajar dari keberhasilan negara lain, dan kesalahan dari negara lain.

Poin penting dalam melawan virus corona ini agar dapat berhasil adalah koordinasi atau kerjasama antar berbagai instansi, lembaga serta lapisan masyarakat.

Sebuah mural karya seniman Franco Rivolli Art, menggambarkan seorang perawat mengenakan masker dan memiliki sayap di belakangnya, berada di tembok gedung Rumah Sakit Papa Giovanni XXIII, di Bergamo, Lombardi, Italia, 16 Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona menjadi insipirasi seniman grafiti untuk memberikan peringatan dan motivasi bagi warga dalam menghadapi virus tersebut.AFP/PIERO CRUCIATTI Sebuah mural karya seniman Franco Rivolli Art, menggambarkan seorang perawat mengenakan masker dan memiliki sayap di belakangnya, berada di tembok gedung Rumah Sakit Papa Giovanni XXIII, di Bergamo, Lombardi, Italia, 16 Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona menjadi insipirasi seniman grafiti untuk memberikan peringatan dan motivasi bagi warga dalam menghadapi virus tersebut.

Pemerintah, militer, polisi harus percaya dan mendengarkan serta melibatkan dokter, epidemiolog, ahli-ahli kesehatan, ahli komunikasi, kesejahteraan masyarakat, dan ekonom dalam menentukan strategi yang tepat.

Setiap langkah, kata dia, harus diperhitungkan dalam kacamata medis, sosiologis dan juga ekonomi.

Apabila memang diperlukan mobilisasi dan pendisiplinan, maka mobilisasi dan pendisiplinan tersebut harus merujuk pada koridor keterhitungan berdasarkan sains itu.

“Keabaian terhadap sains akan menjerembabkan kita pada fatalisme,” ujar dia.

Baca juga: Atasi Virus Corona, Ini Pelajaran dari Strategi di Italia hingga China

 

Pengalaman negara Italia

Menurut Hendri, kita dapat belajar dari pengalaman beberapa negara lain, dan kebijakan karantina wilayah yang terbukti berhasil menekan jumlah korban.

Dicontohkannya, Italia adalah contoh negara yang sebelumnya yang banyak pihaknya meragukan virus corona, SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19 ini dapat berdampak besar bagi negaranya.

Akhirnya, Italia cukup berhasil menekan jumlah korban dengan melakukan karantina wilayah. Kendati efek yang terjadi terlambat hingga dua sampai tiga minggu menyesuaikan masa inkubasi.

Baca juga: 32.000 Orang Jakarta Diperkirakan Positif Covid-19, PSBB Bisa Tekan Infeksi Corona

“Kita bisa lihat grafik eksponensial peningkatan jumlah korban di Italia menunjukkan perbaikan, ada harapan mereka akan berhasil mengontrol penyebaran dan pertambahan jumlah korban Covid-19,” jelasnya.

Petugas gabungan dari TNI, Polri, Polisi Pamong Praja dan Dishub DKI Jakarta melakukan imbauan kepada pengendara mobil dan motor untuk dapat mematuhi penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di jalan Penjernihan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (13/4/2020). Imbauan ini dilakukan agar masyarakat menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama 14 hari, yang salah satu aturannya adalah pembatasan penumpang kendaraan serta anjuran untuk menggunakan masker jika berkendara.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Petugas gabungan dari TNI, Polri, Polisi Pamong Praja dan Dishub DKI Jakarta melakukan imbauan kepada pengendara mobil dan motor untuk dapat mematuhi penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di jalan Penjernihan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (13/4/2020). Imbauan ini dilakukan agar masyarakat menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama 14 hari, yang salah satu aturannya adalah pembatasan penumpang kendaraan serta anjuran untuk menggunakan masker jika berkendara.

Penerapan PSBB

Tidak memilih lockdown ataupun karantina wilayah, pemerintah mengambil kebijakan untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah di Indonesia.

Terkait kebijakan ini, Hendri menilai penetapan ini PSBB ini adalah cara efektif bangsa Indonesia belajar dari apa yang dilakukan oleh China dan Italia. Termasuk memertimbangkan kesalahan yang mereka lakukan, serta menghitung sumberdaya.

Seperti, pada awalnya warga Italia banyak yang tidak mematuhi peraturan karantina kewilayahan yang mereka berlakukan terutama anak muda, hal tersebut yang mempercepat persebaran Covid-19, dan tumbangnya lansia.

Baca juga: Studi Genom Tunjukkan Kasus Virus Corona di New York dari Eropa

Anak-anak muda menjadi carrier, sedangkan mereka yang ada di rentang usia rentan serta pemilik penyakit bawaan menjadi korban.

“Ketidakpatuhan di Italia misalnya disebabkan tidak sepenuhnya publik terinformasi dengan baik, terkait ancaman sebenarnya dari Covid-19,” tutur akademisi Universitas Paramadina ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com