Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2020, 18:14 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

“Keterbukaan data sumber pencemar udara ini menjadi sangat penting. Selama ini tidak ada sumber pencemaran udara, karena tidak ada inventarisasi emisi,” tutur Bondan.

Ia menyebutkan terakhir kalinya DKI Jakarta pernah membuat riset inventarisasi emisi adalah pada 2012. Padahal, idealnya, Jakarta butuh inventarisasi emisi dua kali dalam setahun.

Selain riset inventarisasi emisi, Bondan juga menekankan pentingnya Air Monitoring Station yang tersebar di seluruh wilayah, tak hanya di titik tertentu.

“Air Monitoring Station di DKI Jakarta hanya punya 5. Kemudian yang memiliki alat deteksi PM 2.5 hanya ada 4. Alat pantaunya kurang,” tutur dia.

Idealnya, DKI Jakarta butuh 60 Air Monitoring Station yang tersebar hingga wilayah yang jauh dari pusat kota.

“Alat pantau harus memadai dengan luasan Jakarta saat ini,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com