Ini bukan hal mengherankan, mengingat memang belum ada pengobatan atau vaksin yang tersedia. Tetapi penyebaran luas COVID-19 di seluruh Cina berarti bahwa wabah di Wuhan telah berkembang menjadi epidemi.
Internasional dan di luar kendali.
Dalam pengertian yang paling klasik, ketika sebuah epidemi menyebar ke beberapa negara atau wilayah di dunia, ia sudah dianggap pandemi.
Meski demikian, beberapa ahli epidemiologi mengklasifikasikan sebuah situasi sebagai pandemi hanya apabila penyakit itu berkembang di beberapa wilayah yang baru terdampak melalui penularan setempat.
Ilustrasinya begini. Apabila seorang turis Amerika yang terkena COVID-19 pulang dari Cina, maka itu belum pandemi. Tetapi ketika dia menulari beberapa anggota keluarga atau teman, maka ini pun masih jadi perdebatan (apakah pandemi atau bukan).
Tetapi jika timbul wabah baru setempat, maka para ahli epidemiologi akan setuju bahwa upaya mengendalikan penularan global telah gagal, dan menganggap perkembangan terkini sebagai sebuah pandemi.
Tidak cuma medis tapi juga politis
Pada dasarnya, yang dipedulikan ahli epidemiologi adalah pencegahan penyakit. Ini mungkin berbeda dengan yang dipedulikan pemerintah atau organisasi kesehatan internasional.
Saat tulisan ini dibuat, WHO mengklasifikasikan risiko penyebaran global COVID-19 sebagai “sangat tinggi,” yang merupakan level tertinggi dalam skema klasifikasi risiko yang mereka punya. Ini satu tingkat di bawah penetapan pandemi resmi.
Artinya, WHO masih berharap bahwa, dengan upaya agresif, wabah-wabah lokal masih dapat dikurung.
Tetapi saya dan para ilmuwan lain, serta pejabat kesehatan publik sudah menganggap situasi ini sebagai sebuah pandemi. Jumlah resmi penderita sudah melampaui 100 ribu kasus di hampir 100 negara, dan penularan masyarakat sudah terdapat di Amerika Serikat dan tempat lain.
Kalau mengacu pada definisi klasik, ini sudah pandemi.
Penetapan resmi COVID-19 atau penyakit menular lainnya sebagai sebuah pandemi akan mendorong pemerintah, badan terkait, serta organisasi bantuan di seluruh dunia untuk mengubah upaya pengurungan (containment) menjadi mitigasi.
Penetapan ini memiliki dampak terhadap sisi ekonomi, politik, dan masyarakat dengan skala global.
Meski demikian, penetapan resmi WHO tidak perlu membuat kita ketakutan atau buru-buru memborong masker. Ini bukan berarti virusnya makin menular atau tambah mematikan. Bukan pula berarti risiko Anda terkena penyakit ini makin meningkat.
Tapi ini akan menjadi sebuah kejadian bersejarah.
Rebecca S.B. Fischer
Assistant Professor of Epidemiology, Texas A&M University
Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Apa bedanya pandemi, epidemi, dan wabah?". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.