Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Para Ahli Perdebatkan Kemungkinan Adanya Bulan di Luar Tata Surya

KOMPAS.com - Deteksi sementara exomoon yang pertama, bulan yang mengorbit planet-planet di luar tata surya, masih dipertanyakan ketika para ilmuwan yang menggunakan algoritma pendeteksian baru mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukannya.

Exomoon telah menjadi pusat dari banyak perdebatan selama lima tahun sejak potensi penemuannya.

Namun, kini, tim penemuan awal telah kembali dengan studi baru yang belum ditinjau oleh rekan-rekan ilmuwan yang membantah penolakan terhadap penemuan exomoon, dan berargumentasi bahwa klaim penelitian tersebut adalah salah.

Mereka mengatakan bahwa exomoon benar-benar ada, dan masalahnya bukan pada datanya, tetapi pada algoritma pendeteksiannya.

Perlu diingat bahwa pada tahun 2018 lalu, para peneliti mengumumkan potensi penemuan exomoon di sekitar planet Kepler-1625 b.

Lebih dari 3.500 exoplanet, planet yang mengorbit bintang selain Matahari kita, telah ditemukan pada saat itu, tetapi ini adalah penemuan dugaan exomoon yang pertama.

Data asli yang menunjukkan deteksi tersebut berasal dari Teleskop Luar Angkasa Kepler milik NASA, sebuah teleskop pemburu planet yang bertanggung jawab atas banyak penemuan planet.

Mungkin bulan sedang "bermain petak umpet" dalam data tersebut karena ia tidak sering muncul, namun tindak lanjut dari Hubble memberikan lebih banyak data, yang sekali lagi mendukung keberadaan exomoon.

Potensi exomoon lainnya ditemukan setahun kemudian oleh tim yang sama, kali ini di sekitar exoplanet Kepler-1708.

Kedua bulan tersebut berukuran sangat besar, lebih besar dari separuh planet di tata surya, dan mengorbit pada planet yang bahkan lebih besar. Mereka juga satu-satunya exomoon yang ditemukan.

Lebih dari 5.000 eksoplanet telah ditemukan pada Januari 2024, namun hanya ada dua exomoon yang ditemukan. Mengingat jumlah bulan jauh lebih banyak melebihi jumlah planet di tata surya kita, hal ini merupakan sesuatu yang aneh.

Kedua exomoon tersebut juga berjarak masing-masing 8.200 tahun cahaya dan 5.500 tahun cahaya dari Bumi. Deteksi tersebut berasal dari pengamatan bulan-bulan yang mengurangi cahaya bintangnya sedikit ketika mereka melintas di depannya, tepat ketika planet mereka terdeteksi.

Untuk alasan ini, Dr. René Heller dan Dr. Michael Hippke mengembangkan algoritma mereka untuk mencari exomoon dengan lebih tepat. Namun, yang mereka temukan adalah bukti statistik yang lebih rendah mengenai keberadaan exomoon di sekitar dua bulan ini.

Sementara itu, ilmuwan lainnya berargumen bahwa data dari Heller dan Hippke untuk bulan Kepler-1625 b juga menunjukkan potensi penurunan mirip bulan, namun analisis mereka mengecualikan hal tersebut.

Untuk bulan Kepler-1708 b, tim peneliti menganalisis ulang data dengan parameter yang sama seperti Heller dan Hippke, dan sekali lagi menemukan sinyal bulan dengan keyakinan yang lebih baik dari sebelumnya.

Para ilmuwan pun menyimpulkan bahwa kedua kandidat exomoon itu tetap layak dipertimbangkan, tetapi tentunya memerlukan pengamatan lebih lanjut.

Jadi, apakah exomoon benar-benar ada atau tidak? Para ahli belum mengetahuinya secara pasti. Studi baru ini tentunya memberikan alasan kuat untuk tidak mengabaikan hipotesisnya terlebih dahulu.

https://www.kompas.com/sains/read/2024/02/01/200000523/para-ahli-perdebatkan-kemungkinan-adanya-bulan-di-luar-tata-surya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke