Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Polusi Cahaya Mengganggu Aktivitas Kelelawar

KOMPAS.com - Sejak lampu listrik menjadi umum pada awal abad ke-20, penggunaan lampu buatan pada malam hari telah signifikan mengubah lingkungan yang semula gelap menjadi terang benderang di banyak wilayah dunia.

Polusi cahaya yang dihasilkan oleh cahaya buatan telah memberikan dampak yang nyata.

Di Eropa 88 persen permukaan tanah terkena dampak polusi cahaya sementara secara global 80 persen populasi manusia hidup di bawah langit yang tercemar cahaya, dikutip dari Deutsche Nationalbibliothek tahun 2017.

Semakin jelas bahwa dampak negatif dari polusi cahaya tidak hanya memengaruhi manusia tetapi juga satwa liar, menciptakan ancaman serius terhadap keberagaman hayati.

Dilansir dari phys.org, Kamis (23/11/2023), sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Global Ecology and Conservation mengungkap sejauh mana dua spesies kelelawar Amerika Utara yang tidak menyukai cahaya berupaya menghindari "artificial light at night" (ALAN).

Myotis lucifugus terganggu polusi cahaya

Para ilmuwan melaksanakan eksperimen di mana mereka menyinari habitat kelelawar yang sedang mencari makan menggunakan lampu sorot LED perumahan dan mengukur intensitasnya.

Mereka fokus pada kelelawar coklat kecil yang tidak suka cahaya (Myotis lucifugus) dan kelelawar coklat besar (Eptesicus fuscus) dengan menggunakan perekam akustik ditempatkan 25 meter dari lampu.

Cahaya mencapai tingkat 24 lux di bawah lampu kemudian mengalami penurunan drastis menjadi hanya 2 lux pada jarak 25 meter, 1 lux pada jarak 50 meter, dan kurang dari 1 lux pada jarak 75 meter.

Meskipun penerangan berkurang pada jarak yang lebih jauh, para peneliti mencatat bahwa kelelawar coklat kecil menjadi lebih sedikit aktif saat lampu menyala dibandingkan dengan kondisi mati bahkan pada jarak 75 meter.

Aktivitas mencari makan kelelawar coklat kecil juga mengalami penurunan signifikan dengan penerangan pada jarak 75 meter, hanya mencapai rata-rata 43 persen dari aktivitas malam yang gelap.

Sebaliknya, kelelawar coklat besar tidak terlalu terpengaruh karena tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam aktivitas pada berbagai jarak dan penurunan aktivitas mencari makan hanya terjadi pada jarak hingga 25 meter.

Pengaruh pencahayaan terutama tampak pada kelelawar coklat kecil dan kelelawar coklat besar, sementara tidak berpengaruh pada spesies kelelawar lain dalam komunitas tersebut.

Hal ini menyebabkan perubahan yang mencolok pada komposisi komunitas hingga jarak 50 meter.

"Temuan ini mengindikasikan bahkan pencahayaan rumah tangga dalam skala kecil dapat menyebabkan perubahan signifikan pada kelelawar yang tidak menyukai cahaya." kata Chad Seewagen, penulis utama.

Konsekuensi polusi cahaya bagi kelelawar

Dilansir dari Deutsche Nationalbibliothek tahun 2017, cahaya buatan mengganggu kelelawar yang tidak suka cahaya selama perjalanan mereka.

Sebagai contoh, ketika melakukan perjalanan mencari makan dan mendadak terkena cahaya kelelawar ragu-ragu antara kembali atau melanjutkan melewati lampu.

Hal ini menyebabkan peningkatan energi perjalanan dan potensi kehilangan peluang mencari makan.

Demikian pula, aktivitas kelelawar tapal kuda menurun secara drastis dan dimulai lebih lambat ketika ada pencahayaan dibandingkan dengan rute perjalanan tanpa pencahayaan.

Akibatnya, ketika mereka tiba di lokasi mencari makan waktu yang tersedia untuk mencari makan menjadi lebih terbatas.

Pada akhirnya, keterlambatan dalam mencari makan dapat menyebabkan penurunan asupan energi.

Jika kelelawar mengubah rute perjalanan untuk menghindari cahaya dan tidak ada rute yang sama optimalnya mereka terpaksa menggunakan rute yang kurang efisien sehingga  meningkatkan pengeluaran energi dan risiko terhadap predasi.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/11/28/213400523/polusi-cahaya-mengganggu-aktivitas-kelelawar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke