Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Puffin Kini Terancam Punah?

KOMPAS.com - Puffin kini terancam punah. Sejak 2015, jenis puffin paling umum yakni puffin atlantik telah berstatus rentan dalam daftar merah IUCN.

Pasalnya, jumlah puffin atlantik dewasa di seluruh dunia diprediksi hanya 12-14 juta saja. Angka ini juga diprediksi terus menurun dari tahun ke tahun.

Antara 2000-2065 atau dalam tiga generasi, populasi puffin atlantik di Eropa diperkirakan akan menurun sebanyak 50-79 persen oleh BirdLife International pada 2015. Ini merupakan masalah serius karena Eropa merupakan habitat bagi 90 persen populasi puffin atlantik global.

Sementara itu, kondisi pasti populasi Atlantik Barat belum diketahui, namun populasi ini juga diprediksi menurun 30-49 persen dalam tiga generasi.

Dalam 100 tahun ke depan, puffin diprediksi bisa punah.

Mengapa puffin terancam punah?

Ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab penurunan populasi puffin yang begitu cepat, yakni angka reproduksi yang rendah, munculnya predator dari spesies yang menginvasi habitat mereka, populasi, industri perikanan dan perburuan manusia.

Dilansir dari artikel The Conversation, 6 Juni 2018, yang ditulis oleh Dosen Senior Ekologi Perilaku di Nottingham Trent University, Louise Gentle; puffin memang memiliki angka reproduksi yang rendah.

Hewan ini hanya bisa berkembang biak di lokasi-lokasi tertentu, dan hanya bisa menghasilkan dan merawat satu telur saja setiap tahunnya.

Predator

Keberadaan predator, terutama dari spesies yang menginvasi habitat mereka, juga sangat mengancam. Seperti yang terjadi di Pulau Lundy, populasi puffin di sana menurun hingga hanya tersisa 10 pasang saja karena serangan dari tikus hitam.

Selain itu, meski puffin menyimpan telurnya di dalam tanah di puncak tebing, ada cerpelai dan rubah yang bisa mencuri dan memakan anak atau telur puffin.

Lalu ada juga skua artika bisa mencuri makanan yang dibawa oleh induk puffin dewasa bagi anaknya. Padahal, anak puffin membutuhkan sangat banyak makanan untuk bertumbuh.

Dalam satu hari saja, induk puffin harus menyelam sebanyak 276 kali dan membawa 10 ekor ikan setiap kali keluar dari air untuk memberi makan anaknya.

Puffin juga mendapatkan ancaman dari kegiatan manusia. Di Islandia dan Pulau Farou, daging burung ini dianggap sebagai makanan sehingga diburu.

Namun, selain dimakan, kegiatan manusia lainnya terutama di lautan juga menganggu populasi puffin. Ketika terjadi tumpahan minyak Torrey Canyon pada 1967, misalnya, perkembangbiakan puffin di Perancis pada tahun selanjutnya menurun drastis hingga 85 persen.

Kegiatan perikanan manusia yang berlebihan juga membuat jumlah ikan-ikan kecil seperti sand eel, capelin dan herring yang menjadi makanan utama puffin menurun drastis di lautan. Akibatnya, banyak anak puffin yang mati kelaparan pada tahun-tahun ketika makanan utama mereka menipis.

Perubahan iklim

Puffin juga secara langsung dan tidak langsung terdampak oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh kegiatan manusia.

Secara langsung, perubahan iklim menyebabkan semakin sering dan intensnya cuaca ekstrem di lautan.

Pada tahun 2013-2014, misalnya, badai yang terjadi berturut-turut menyebabkan setidaknya 54.000 burung laut terdampar dan mati di pantai-pantai Inggris, Irlandia hingga Spanyol. Setengah dari burung laut ini adalah puffin.

Hasil pemeriksaan lantas mengungkapkan bahwa mayoritas burung laut yang terdampar, mati dengan perut kosong yang menunjukkan adanya kelaparan hebat serta sebagian kecil menunjukkan tanda-tanda kontaminasi minyak.

Secara tidak langsung, peningkatan suhu air laut membuat jumlah plankton menyusut. Padahal, plankton merupakan makanan utama sandeel dan herring muda yang menjadi makanan utama anak puffin.

Di wilayah Laut Utara yang populasi ikan kecilnya sudah langka, puffin sampai harus meninggalkan habitat mereka dan terbang hingga ke samudra Atlantik untuk mencari makan.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/09/27/130000623/mengapa-puffin-kini-terancam-punah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke