Fakta-fakta Macan Tutul Salju, Hewan Liar di Pegunungan Asia

KOMPAS.com – Macan tutul salju (Panthera uncia) merupakan hewan liar yang hidup di pegunungan di berbagai wilayah Asia.

Mereka memiliki ciri-ciri berupa bulu tebal berwarna abu-abu atau kuning krem yang dipenuhi bintik hitam keabu-abuan.

Macan tutul salju memiliki kaki lebar yang kuat dengan kemampuan melompat yang menakjubkan.

Selain itu, ia juga memiliki ekor yang panjang untuk menjaga keseimbangan sekaligus selimut untuk menutupi bagian tubuh yang sensitif dari cuaca dingin di pegunungan.

Fakta-fakta macan tutul salju

Dilansir dari National Geographic, berikut adalah fakta-fakta macan tutul salju yang menarik untuk diketahui:

1. Habitat macan tutul salju

Macan tutul salju dapat ditemukan di seluruh pegunungan tinggi, termasuk Pegunungan Himalaya dan Siberia selatan di Rusia.

Mereka juga dapat ditemukan di Dataran Tinggi Tibet dan melintasi rentang yang membentang dari Cina hingga pegunungan Asia Tengah.

Macan tutul salju lebih menyukai medan yang curam dan terjal dengan singkapan berbatu sehingga sulit untuk menemukan mangsa.

Oleh sebab itu, macan tutul salju membutuhkan area yang sangat luas untuk berkeliaran dan mencari mangsanya.

2. Makanan macan tutul salju

Macan tutul salju adalah predator yangg bisa memangsa hewan yang beratnya tiga kali lebih besar darinya.

Meski demikian, macan tutul salju juga memakan mangsa dengan ukuran yang lebih kecil, seperti kecil atau burung-burungan.

Dalam satu tahun, seekor macan tutul di India dilaporkan telah memakan lima domba biru, 9 kelinci Tibet, 25 marmut, 5 kambing domestik, dan 15 burung.

3. Ancaman terhadap kelangsungan hidup

Perluasan pemukiman manusia telah menyebabkan meningkatkanya konflik. Macan tutul salju terkadang dibunuh oleh para penggembala agar tidak memangsa hewan peliharaan mereka.

Nyawa macan tutul salju juga kian terancam dengan adanya perburuan liar yang didorong oleh perdagangan satwa ilegal.

Populasi kucing besar ini tampaknya mengalami penurunan drastis. Mereka telah kehilangan setidaknya 20 persen populasi selama dua dekade terakhir.