Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Fakta Badai Sitokin, Kondisi yang Dialami Deddy Corbuzier hingga Kritis

KOMPAS.com - Deddy Corbuzier mengaku sempat mengalami kondisi parah akibat terinfeksi Covid-19, dia bahkan mengalami badai sitokin meski tubuhnya bugar.

Dalam podcast terbarunya, Deddy menyebutkan terinfeksi virus corona setelah merawat keluarganya yang lebih dulu dinyatakan positif.

"Saya kecewa kenapa dengan keadaan saya yang saya sehat. Saya olahraga tiap hari, vitamin d saya tinggi, zinc saya tinggi. Saya bisa kena, tanpa gejala, tapi di minggu kedua hancur saya," kata Deddy Corbuzier di kanal YouTube-nya, Minggu (22/8/2021).

Pada minggu kedua itu, kondisi Deddy menjadi sangat serius. Dia mengalami badai sitokin.

Badai sitokin itu yang membuat kondisi Deddy memburuk bahkan kritis.

Apa sebenarnya badai sitokin dan bagaimana orang yang bugar sekali pun bisa mengalami kondisi ini?

Fakta badai sitokin

1. Kenapa badai sitokin menyerang orang yang sehat?

Dalam podcastnya, Deddy pun menanyakan kepada dokter Gunawan yang merawatnya, kenapa orang yang sehat seperti dirinya bisa kena badai sitokin.

Dokter Gunawan menjelaskan secara teori, pada orang yang sehat seharusnya tidak terjadi apa-apa.

"Tetapi ada beberapa teori yang mengatakan kadang-kadang orang yang sehat respons imunnya berlebihan," kata Gunawan.

"Sel darah putih mengenali virusnya kemudian dia makan. Waktu dimakan virus itu sulit dibunuh, jadi sel darah putih itu bunuh diri. Waktu bunuh diri sel darah putih itu pecah dan dia memicu peradangan," jelas dokter Gunawan.

Dia menambahkan kondisi setiap pasien Covid-19 berbeda karena itu penanganannya pun kasus per kasus.

Kendati demikian, bukan berarti upaya Deddy Corbuzier selama ini dengan selalu menjaga kesehatan dan berolahraga sia-sia.

Sebab, berkat rutin berolahraga yang dilakukan Deddy selama ini, dia berhasil melewati kondisi kritis. Saturasi oksigennya masih bagus.

"Saturasi oksigen banyak mempengaruhi, satu kapasitas paru-paru itu sendiri, Anda olahragawan kapasitas paru-paru Anda pasti tinggi, permukaan luas, kapasitasnya bagus," kata dokter Gunawan.

Alasan kedua adalah jantung Deddy Corbuzier bekerja dengan baik karena rutin berolahraga.

"Itulah mengapa saturasinya masih baik walaupun mengalami demam, walau dilihat dari CT scan sudah mulai bagian paru mengalami peradangan," ujar dr Gunawan.

2. Apa itu badai sitokin?

Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi dan penting dalam penanda sinyal sel.

Jika sitokin diproduksi secara berlebihan, ia justru akan merusak tubuh.

Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi virus dan bakteri penyebab penyakit.

Dilansir dari laman Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga, badai sitokin terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat.

Kondisi ini menyebabkan sel imun menyerang jaringan dan sel yang sehat sehingga mengakibatkan peradangan.

Peradangan tersebut dapat membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak dan tidak bisa berfungsi.


3. Badai sitokin, komplikasi pasien Covid-19

Badai sitokin adalah salah satu komplikasi yang dapat dialami oleh pasien Covid-19.

Pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin harus segera ditangani secara intensif karena kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ dan mengancam nyawa.

Konsultan Paru Sub Infeksi RSUP Persahabatan, dr Erlina Burhan MSc SpP(K) menjelaskan, pada prinsipnya, jika ada virus yang masuk ke dalam organ paru di tubuh, maka reaksi yang timbul adalah keluarnya sitokin-sitokin.

Ketika virus SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.

Sehingga, badai sitokin adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh.

4. Badai sitokin pada pasien Covid-19 memicu peradangan paru

Erlina melanjutkan, pelepasan atau keluarnya sitokin ini dapat mempengaruhi perilaku sel di sekitarnya.

Sitokin tersebut lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.

Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., MSc dalam pemberitaan Kompas.com, Sabtu (16/5/2020) mengatkan, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.

Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.

5. Bisa sebabkan kematian

Erlina menjelaskan, sitokin yang keluar dalam jumlah sedikit tidak memiliki pengaruh pada kondisi paru pasien, atau keadaan parunya tidak bermasalah.

Akan tetapi kalau jumlah sitokin yang dikeluarkan di paru sudah banyak, disebut sebagai badai sitokin, maka itu akan membuat paru sangat padat dan kaku.

Selama peradangan terjadi, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.

Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas dan tak bisa bertahan tanpa alat bantu pernapasan atau ventilator.

"Itulah yang membuat dia (pasien) sesak, susah bernapas, dan itu yang bisa menyebabkan meninggal," kata Erlina dalam pemberitaan Kompas.com, Kamis (20/2/2020).

6. Gejala badai sitokin pada pasien Covid-19

Pada pasien Covid-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah.

Kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi cairan yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan bernapas.

Selain sesak napas, sebagian besar pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin juga mengalami demam. Berikut adalah beberapa gejala badai sitokin yang perlu diwaspadai:

  • Kedinginan atau menggigil
  • Kelelahan
  • Pembengkakan di tungkai
  • Mual dan muntah
  • Nyeri otot dan persendian
  • Sakit kepala
  • Ruam kulit
  • Batuk
  • Napas cepat
  • Kejang
  • Sulit mengendalikan gerakan
  • Kebingungan dan halusinasi
  • Tekanan darah sangat rendah
  • Penggumpalan darah

7. Pengobatan badai sitokin

Mahirsyah menjelaskan, interleukin-6 merupakan salah satu jenis sitokin yang terlibat pada proses inflamasi dan kanker.

Untuk pengobatan badai sitokin, kata dia, obat anti-interleukin-6, seperti Tocilizumab dan Sarilumab telah digunakan pada uji klinis pasian Covid-19.

Selain itu, vitamin C juga perlu diberikan kepada pasien Covid-19.

Vitamin C bersifat antioksidan sehingga diduga dapat mengurangi keparahan badai sitokin.

Jadi, badai sitokin ini tergantung pada daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk.

Apabila daya tahan tubuh kuat, virus yang masuk bisa dikalahkan dan pasien Covid-19 bisa sembuh.

Sumber: Kompas.com (Firda Janati, Ellyvon Pranita / Kistyarini, Lulu Lukyani, Holy Kartika Nurwigati, Gloria Setyvani Putri)

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/23/123100523/7-fakta-badai-sitokin-kondisi-yang-dialami-deddy-corbuzier-hingga-kritis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke