Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER SAINS] Klarifikasi Soal Vaksin Covid-19 yang Disebut Kurang Efektif | 60 Tahun Lalu Manusia Capai Luar Angkasa

KOMPAS.com - Pemberitaan soal direktur Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit (CDC) China yang mengatakan vaksin Covid-19 China kurang efektif ramai. Namun, pejabat tertinggi CDC telah mengatakan bahwa ada kesalahahaman total.

Ini merupakan salah satu berita populer Sains Kompas.com edisi Senin (12/4/2021).

Memasuki awal bulan Ramadhan, kita tentu tidak asing dengan istilah melihat hilal. Pembahasan terkait hilal, sabda Nabi SAW, dan kaitannya dengan sains pun menjadi berita menarik lainnya.

Berita populer lainnya, kemarin adalah tepat peringatan 60 tahun manusia berhasil mencapai luar angkasa untuk pertama kalinya.

Berikut ulasan berita populer Sains:

1. Klarifikasi vaksin Covid-19 kurang efektif

Banyak kantor berita Barat yang memberitakan direktur CDC China, Gao Fu, mengakui bahwa vaksin Covid-19 China kurang efektif.

Gao Fu telah mengklarifikasi bahwa ada kesalahpahaman total terkait vaksin Covid-19 China ini.

Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China itu mengklarifikasi bahwa dirinya sebenarnya ingin mengusulkan visi ilmiah untuk meningkatkan kemanjuran vaksin.

Dalam wawancara eksklusif dengan Global Times, usulan yang ditawarkan Gao yakni, penyesuaian prosedur vaksinasi dan inokulasi dari jenis vaksin yang berbeda.

"Tingkat perlindungan semua vaksin di dunia beragam, terkadang tinggi dan terkadang rendah. Bagaimana meningkatkan kemanjurannya merupakan pertanyaan yang perlu dipertimbangkan para ilmuwan di seluruh dunia," kata Gao.

"Dalam hal ini, saya menyarankan agar kita dapat mempertimbangkan untuk menyesuaikan proses vaksinasi, seperti jumlah dosis dan interval, juga mengadopsi vaksinasi berurutan dengan berbagai jenis vaksin," imbuhnya.

Gao menekankan, karena ini adalah pertama kalinya manusia mengenal Covid-19, ada banyak masalah ilmiah yang harus dipelajari terkait vaksinasi.

Baca berita selengkapnya di sini:

Pejabat China Akui Vaksin Covid-19 Miliknya Kurang Efektif, Benarkah?"

Untuk menentukan awal bulan Ramadhan serta dua hari Idul Fitri, para ilmuwan dan pemuka agama Islam di dunia berkumpul untuk melihat hilal.

Hilal adalah bulan sabit tertipis yang berkedudukan rendah di atas cakrawala langit barat, dan sudah diamati tepat selepas terbenamnya Matahari.

“Jadi terbenamnya Matahari menjadi patokan. Hilal menjadi penentu bagi awal bulan kalender Hijriyyah karena sifatnya," kata astronom amatir Marufin Sudibyo kepada Kompas.com.

"Bilamana pada senja hari hilal terlihat, maka di senja hari sebelumnya hilal tidak akan ada di atas cakrawala langit Barat karena Bulan memang tidak ada di sana,” paparnya.

Marufin menyebutkan bahwa melihat hilal dinyatakan secara tekstual dalam sabda Nabi SAW:

“Berpuasalah (dan berhari raya) karena melihat hilal. Jika tidak terlihat maka genapkanlah.”

Dengan landasan itu, maka rukyatul hilal (observasi hilal) dipahami sebagai ibadah.
Selain menentukan awal bulan kalender Hijriyyah, hilal juga menentukan awal dua hari raya.

Bagaimana sejarah dan sejak kapan orang mulai melihat hilal? Baca selengkapnya di sini:

Mengenal Hilal, Penentu Awal Bulan Ramadhan dan Sabda Nabi SAW

3. Varian virus corona Afrika Selatan terobos vaksin Pfizer

Salah satu varian baru virus corona yang mengkhawatirkan dunia adalah varian virus dari Afrika Selatan.

Studi Israel menunjukkan varian ini mampu menembus pertahanan vaksin Pfizer. Artinya, vaksin mRNA yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech tidak cukup mampu memberikan kekebalan terhadap serangan infeksi varian baru virus corona Afrika Selatan.

Dilansir dari ABC, Senin (12/4/2021), studi yang dilakukan para peneliti di Israel, namun belum ditinjau sejawat ini, menemukan bahwa pada batas tertentu, varian virus corona Afrika Selatan dapat 'menerobos' vaksin Covid-19 Pfizer.

Studi yang dirilis pada Sabtu (10/4/2021) itu telah membandingkan hampir 400 orang yang dites positif Covid-19, 14 hari atau lebih setelah mereka menerima satu suntikan atau dua dosis vaksin Pfizer.

Jumlah yang sama juga diamati pada pasien dengan Covid-19, yang tidak divaksinasi.

Baca selengkapnya di sini:

Studi: Varian Virus Corona Afrika Selatan Terobos Pertahanan Vaksin Pfizer

Kemarin, tepat 60 tahun lalu, Yuri Gagarin berhasil mencatatkan diri dalam sejarah sebagai manusia pertama di luar angkasa.

Gagarin adalah kosmonot asal Uni Soviet yang namanya masih terus dikenang hingga sekarang.

Meski Uni Soviet sudah tak ada lagi, peringatan penerbangan bersejarah Gagarin pada 12 April 1961 dirayakan setiap tahun di Rusia sebagai Hari Kosmonautika.

"Dia adalah sosok yang menginspirasi yang menyatukan negara," kata Lev Danilkin, penulis biografi Gagarin.

Seperti dikutip dari Phys, Senin (12/4/2021) sejarawan Alexander Zheleznyakov menyebut Gagarin sebagai sosok yang memicu imajinasi.

Baca petualangan Gagarin di sini:

Hari Ini 60 Tahun Lalu, Manusia Berhasil Capai Luar Angkasa untuk Pertama Kalinya

https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/13/060200023/populer-sains-klarifikasi-soal-vaksin-covid-19-yang-disebut-kurang-efektif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke