Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kabar Baik, Kandidat Vaksin Corona Moderna Aman Diujikan pada Manusia

KOMPAS.com - Ratusan kandidat vaksin corona masih dalam pengembangan dan sebagian besar telah memasuki fase II dan fase III pengujian vaksin.

Salah satu kandidat vaksin yang mencuri perhatian para peneliti yakni yang dikembangkan perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, Moderna.

Seperti dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Rabu (15/7/2020), vaksin eksperimental Moderna Inc untuk Covid-19, pada studi tahap awal terbukti aman dan mampu memicu respons kekebalan pada 45 sukarelawan sehat.

Laporan yang disampaikan pada Selasa (14/7/2020) itu tidak menunjukkan adanya efek samping yang dirasakan para sukarelawan yang menerima pengujian vaksin ini.

Akan tetapi, lebih dari setengah sukarelawan ini melaporkan adanya reaksi ringan atau sedang.

Tim peneliti melaporkan dalam jurnal New England Journal of Medicine, hal ini mungkin terjadi setelah dosis kedua dan pada orang yang mendapatkan dengan dosis tertinggi.

Moderna adalah yang pertama kali memulai pengujian vaksin virus corona baru, SARS-CoV-2, pada manusia. Pengujian ini dilakukan pada 16 Maret lalu, sekitar 66 hari setelah urutan genom virus dirilis.

Cara kerja vaksin pada tubuh

Pandemi Covid-19 saat ini telah menginfeksi lebih dari 13 juta orang di dunia, dan menewaskan lebih dari 580.000 orang tewas akibat virus ini.

Untuk mengakhiri pandemi ini, para ahli mengatakan dunia memerlukan vaksin.

"Dunia sangat membutuhkan vaksin untuk melindungi dari Covid-19," kata Dr Lisa Jackson Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle, yang juga penulis penelitian ini.

Pemerintah federal Amerika Serikat mendukung pengembangan vaksin Moderna ini dengan mengucurkan dana senilai hampir setengah miliar dolar dan telah memilihnya sebagai kandidat vaksin corona pertama yang memasuki uji coba manusia skala besar.

Lantas, bagaimana vaksin corona ini bekerja dalam tubuh?

Vaksin yang dikembangkan Moderna ini menyasar mRNA-1273 menggunakan asam ribonukleat (RNA), yakni pembawa pesan kimia yang berisi instruksi untuk membuat protein.

Ketika disuntikkan pada manusia, vaksin akan menginstruksikan sel untuk membuat protein yang meniru permukaan luar virus corona, yang diakui tubuh sebagai penyerbu asing, dan melakukan respon kekebalan terhadapnya.

Hasil yang telah dirilis pada Selasa lalu itu melibatkan tiga dosis vaksin, diuji pada 15 sukarelawan berusia antara 18-55 tahun dengan dua suntikan, terpisah 28 hari.

Tim peneliti juga melaporkan orang yang mendapatkan dua dosis vaksin memiliki tingkat antibodi penetralisir pembunuh virus yang melebihi tingkat rata-rata dari orang yang pulih dari Covid-19.

Efek samping setelah dosis kedua, terjadi pada 7 dari 13 sukarelawan yang mendapatkan dosis sebanyak 25 mikrogram.

Kesemua peserta, yakni 15 sukarelawan menerima vaksin dengan dosis 100 mikrogram dan 14 sukarelawan mendapatkan dosis sebanyak 250 mikrogram.

Pada kelompok dosis tertinggi, tiga pasien mengalami reaksi parah seperti demam, kedinginan, sakit kepala atau mual. Salah satunya mengalami demam 39,6 derajat Celcius.

"Kami tidak melihat kejadian yang ditandai sebagai efek samping serius," kata Jackson, merujuk pada reaksi pasien Covid-19 yang memerlukan rawat inap atau mengakibatkan kematian.

Pada Juni, Moderna mengatakan mereka memilih dosis 100 mikrogram untuk studi tahap akhir untuk meminimalkan reaksi yang merugikan.

Dengan dosis tersebut, Moderna rencananya akan memproduksi 500 juta dosis vaksin corona per tahun, bahkan kemungkinan bisa menyediakan hingga 1 miliar dosis per tahun yang dimulai pada 2021.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/15/160100223/kabar-baik-kandidat-vaksin-corona-moderna-aman-diujikan-pada-manusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke