Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Strategi Bio Farma dalam Riset Pengembangan Vaksin Corona di Indonesia

Hingga kini, ada 135 kandidat vaksin corona dari seluruh dunia. Beberapa di antaranya sudah sampai pada tahap uji klinis, atau uji coba ke manusia.

Misi pencarian vaksin corona bukan hal mudah. Para ahli bergelut dengan banyak tantangan dan diwarnai aneka perdebatan.

Peneliti Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Neni Nurainy mengatakan, setidaknya ada tiga poin dasar dalam tantangan pengembangan vaksin Covid-19.

Pertama, riset dan pengembangan bahkan sampai produksi vaksin corona dibutuhkan sesegera mungkin.

Kedua, butuh biaya yang tak sedikit untuk menemukan vaksin dalam waktu singkat.

Ketiga, dibutuhkan sistem atau teknologi yang dapat memproduksi vaksin dalam jumlah banyak dengan cepat.

Strategi pengembangan vaksin

Di Indonesia, Bio Farma menjadi salah satu industri kesehatan Indonesia yang turut melakukan riset dan pengembangan untuk vaksin Covid-19.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Bio Farma memiliki tiga tahapan strategi, yakni strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Neni yang juga bekerja di Divisi Riset dan Pengembangan PT Bio Farma menjelaskan, strategi dalam riset dan pengembangan vaksin Covid-19 ini perlu dilakukan untuk meminimalisir kegagalan dari tantangan pasti pembuatan vaksin pandemi.

Strategi jangka pendek

Neni berkata, dalam upaya menaklukan tantangan tersebut pada strategi jangka pendek, Bio Farma berkolaborasi dengan global fund internasional yaitu CEPI dan Sinovac.

CEPI merupakan singkatan dari Coalition for Epidemic Preparedness Innovations atau Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi memiliki tujuan menggagalkan epidemi dengan mempercepat pengembangan vaksin.

"Kolaborasi (dengan CEPI) ini penting untuk memanfaatkan kapasitas produksi Bio Farma untuk stockpile vaksin pandemi (vaksin Covid-19)," ujar dia.

Bahkan, jika kolaborasi ini bisa terjalankan sesuai dengan rencana skema kolaborasi yang diharapkan. Maka, Indonesia juga bisa menjadi hub potensial penyediaan stockpile vaksin pandemi untuk kawasan Asia Tenggara.

Strategi jangka menengah

Pada strategi jangka menengah yang dilakukan merupakan tambahan kolaborasi yang dilakukan dalam strategi jangka pendek bersama Sinovac.

Sinovac merupakan salah satu produsen atau perusahaan dari China yang sudah masuk dalam kualifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam produksi obat-obatan secara massal melawan virus global.

Pada kolaborasi dengan Sinovac ini, Indonesia akan melakukan formulasi atau filling terhadap Bulk vaksin yang telah lulus tahap uji klinis fase 1 atau fase 2 yang sedang berjalan.

"Nanti setelah formulasi, kita akan lakukan uji klinis fase 3 di Indonesia, Juli atau Agustus nanti," tuturnya.

Jika, uji klinis fase 3 nanti berhasil. Maka, kata Neni, diharapkan pada bulan-bulan awal tahun 2021 nanti vaksin sudah bisa diproduksi secara komersial untuk masyarakat.

Strategi jangka panjang

Sedangkan, strategi jangka panjang yang dilakukan untuk meriset dan mengembangkan vaksin ini adalah bekerjasama melalui konsorsium nasional pengembangan vaksin di Indonesia.

Untuk diketahui, ada banyak intansi yang terlibat dalam konsorsium vaksin Covid-19 nasional ini, diantaranya adalah Kementerian Riset dan Teknologi-BRIN, LIPI, Balitbangkes, LBM Eijkman, Perguruan Tinggi dan Bio Farma.

Targetnya program jangka panjang kolaborasi dalam negeri ini adalah pengembangan vaksin Covid-19 berbasis rekombinan sub unit.

"Jadi nanti kita akan gunakan protein dalam virus, mungkin di daerah Spike antigen. Kemudian nanti akan kita kembangkan dalam rekombinan," jelas dia.

Dengan target atau harapan pada bulan-bulan awal 2022 vaksin Covid-19 sudah bisa diproduksi untuk masyarakat secara masal.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/18/080300923/strategi-bio-farma-dalam-riset-pengembangan-vaksin-corona-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke